Oleh Agus Pribadi
Aku terbatuk. Batuk ini biasa. Tapi sakitnya luar
biasa. Seperti ada yang mengaduk-aduk isi dadaku. Tapi aku tetap membuka
internet. Membuka suatu grup Facebook. Grup yang beranggotakan beberapa orang
saja. Teman kuliah dulu.
Gambar Pixabay.com
Mengapa
Bagus tak juga muncul....
Sombong
sekali Bagus...
Mentang-mentang
sudah sukses...
Bagus
sudah lupa sama kita-kita. Dulu kita sama menderita semasa kuliah. Sekarang ia
sudah sukses, sehingga melupakan kita. Sahabat macam apa ia.
Aku menghentikan membacaku. Ingin rasanya menyapa
mereka namun batuk ini kembali menyiksaku.
Darah...?
Baru pernah aku mengeluarkan darah dari mulutku saat
batuk. Sakit sekali. Ya Tuhan...
Aku menahan sakitku. Aku sudah ke warung membeli
obat batuk eceran, tapi tak jua sembuh. Sekarang lebih parah. Batuk berdarah...
Kita
coret saja Bagus dari persahabatan kita. Kita tunggu 1 jam lagi, kalo tidak
muncul, kita lupakan Bagus.
Aku kembali terbatuk. Mengeluarkan darah segar...
Mataku berkunang-kunang. Aku melamun ke masa kuliah
dulu.
Kami adalah delapan sahabat, teman satu kampus dan
satu angkatan. Kemana selalu bersama. Dalam suka dan duka. Susah senang dilalui
bersama. Kalau banyak orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah. Tapi
bagi kami tidak demikian. Bagi kami masa kuliah adalah masa yang paling indah.
Rata-rata lima tahun kami melalui suka dan duka untuk kemudian kami lulus
kuliah. Mencari kerja kemudian menikah. Kami berpisah...
Dan grup FB ini yang menyatukan kami kembali.
Merajut kenangan-kenangan indah masa lalu saat bersama dalam suka duka...
Dengan sekuat tenaga tersisa, aku menulis statusku.
Mungkin ini status terakhirku...
Maafkan
aku kawan. Kesehatanku telah mengalahkanku. Selamat tinggal kawan...
Aku kembali terbatuk. Darah segar mengalir dari
mulutku.
Tak tahu lagi apa yang terjadi. Ada sosok yang
membawaku. Aku terbang bersamanya, damai sekali...
***
Wah
Bagus menulis lelucon apa?
Iya,
Bagus becanda
Besok
kita ke rumah Bagus
Ok
***
Tujuh orang menuju rumah Bagus. Ada bendera putih.
Sepi.
“Bagus telah dikuburkan.” Ucap seorang tua. Mungkin
bapaknya.
Tujuh orang menangis bersama. Mereka menuju kuburan.
Bagus Satrio. Lahir 21 Mei 1978. Wafat 3 Oktober
2012
Demikian tertulis di batu nisan.
Tujuh orang terpaku. Terhunjam sangat dalam di dalam
bumi. Hening. Bulir air mata membanjir. Bunga-bunga pohon kamboja berguguran.
Angin semilir.[]
Banyumas, 4 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar