Oleh Agus Pribadi
Sore hari. Mendung. Awam Menggantung.
Gambar Pixabay.com
Aku membonceng istri
dan anakku menuju lapangan dekat kecamatan. Di sana ada pertunjukan komedi
putar. Sejak siang anakku yang berumur tiga tahun minta naik odong-odong,
kereta api mini, dan hiburan lainnya.
Sekitar jarak 500
meter, hujan turun tiba-tiba. Tanpa memberi aba-aba.
Aku menghentikan laju
sepeda motorku di bawah sebuah pohon yang rindang di tepi jalan. Mengambil
mantel, dan bersiap memakainya. Namun ada sesuatu yang aku lihat. Sebuah dompet
yang tergeletak sekitar 10 meter di belakangku.
“Itu, ada dompet di
sana. Tolong ambilkan, Dek. Nanti kita kembalikan pada yang punya,” ucapku pada
istriku.
“Baiklah, Mas.” Istriku
mengambil dompet itu.
Aku kembali melajukan
sepeda motorku, menggunakan mantel yang digunakan bertiga. Sekedar tidak
membuat tubuh kuyup seratus persen. Masih kering tujuh puluh persen saja sudah
lumayan.
“Ada Handphone, KTP,
dan beberapa lembar uang kertas, Mas!” seru istriku.
“Siapa pemilik KTP
itu?” tanyaku.
Istriku menyebut sebuah
nama, dan sebuah alamat. Alamat itu berjarak sekitar satu kilometer dari
tempatku memakai mantel.
“Kita harus
mengembalikannya segera!” seruku.
Aku langsung mencari
alamat pemilik KTP itu. Setelah bertanya pada seseorang, maka sampai juga kami
di rumah pemilik KTP.
Kami menuju ke rumah
itu. Aku uluk salam. Disambut dengan ramah.
“Iya, benar itu dompet
milik saya,” ucap seorang ibu muda setelah aku sampaikan maksud kedatanganku
dan kuserahkan dompet dengan isi masih utuh tak kurang suatu apa.
Ibu muda itu memberikan
sejumlah uang kepada anakku.
“Tidak usah, Bu.” Ucapku
dan istriku hampir bersamaan.
Namun ibu muda itu
tetap saja memasukan sejumlah uang ke saku anakku. Aku dan istriku tak kuasa
menolaknya.
Kami pun mohon diri,
diiringi ucapan terima kasih dari ibu muda itu.
“Terima kasih sekali.”
“Sama-sama, Bu.”
***
Jika menemukan barang
milik orang lain, maka mengembalikannya adalah hal yang semestinya. Tuhan telah
memberikan rezeki sesuai dengan takarannya, bukan melalui barang temuan itu.
Banyumas, 30 Desember
2012
0 komentar:
Posting Komentar