Sastra di Banyumas
kembali terdengar gaungnya. Kali ini, Budayawan sekaligus politikus Jarot C.
Setyoko meluncurkan dua buku sastra sekaligus yang bertajuk “Kasidah Hujan dan
Hikayat Arus Bengawan “ serta “Sakramen Kesunyian dan Requiem Senjakala” pada
Minggu, 11 Desember 2016. Acara yang digelar di Pendopo Wakil Bupati Banyumas
dan dihadiri ratusan peserta itu berlangsung meriah, dan dibuka dengan
penampilan Gethek Inspiration yang membawakan musikalisasi puisi karya mantan
aktivis ’98 itu yang berjudul Sajak
Pamegatsih. Dengan apik puisi itu dibawakan menjadi sebuah lagu. Tepuk tangan
penonton pun menggema usai puisi itu dibawakan.
Gambar 1. Musikalisasi Puisi Sajak Pamegatsih karya Jarot C Setyoko oleh Gethek Inspiration
Sajak
Pamegatsih
Karya
Jarot C. Setyoko
Di
mana akan kau simpan, serpihan pagi
yang patah dibingkai jendela, ketika jejak sepatuku
merenggut tetirah rerumputan, yang tak sempat
mengirimkan tawar bau embun padamu.
yang patah dibingkai jendela, ketika jejak sepatuku
merenggut tetirah rerumputan, yang tak sempat
mengirimkan tawar bau embun padamu.
Akankah
tetap kau tunggu, hari tertahan
di wajah ufuk yang kusam, ketika detak jam dinding
Membeku di sudut matamu, meluruhkan berlaksa puja
yang tak pungkas oleh terpaan warna senjakala.
di wajah ufuk yang kusam, ketika detak jam dinding
Membeku di sudut matamu, meluruhkan berlaksa puja
yang tak pungkas oleh terpaan warna senjakala.
Bagaimana
kelak kau jaga, kata tertulisan
dengan tinta warna merah dara, ketika sajakku
tak lagi sanggup membangkitkan prasapa
dan meniupkan doa-doa dalam pejam matamu.
dengan tinta warna merah dara, ketika sajakku
tak lagi sanggup membangkitkan prasapa
dan meniupkan doa-doa dalam pejam matamu.
Karena
jika kelak tak kutemukan jalan berpulang
ke pintumu, hanya bait-bait ini yang kunyatakan
dari murah kaki langit, rupa kerinduan kita
yang tak akan lagi bersapa.
ke pintumu, hanya bait-bait ini yang kunyatakan
dari murah kaki langit, rupa kerinduan kita
yang tak akan lagi bersapa.
Solo-Purwokerto
Agustus 2009
Acara yang digelar
siang hari itu dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Banyumas, serta berbagai
komunitas serta tokoh seni dan budaya dari dalam maupun luar Banyumas.
Generasi
Penerus Ahmad Tohari
Selain menulis sajak,
Jarot juga menulis cerpen. Setidaknya ada 16 cerpen yang ada di buku itu yang
menurut editor buku tersebut, Yudhis Fajar Kurniawan memiliki ciri yang menjadi
kekuatan cerpen-cerpen Jarot yakni : Keragaman tema, latar cerita yang detail, penggunaan
majas yang terukur dan tak berjarak dengan apa yang ingin digambarkan, dan alur
cerita yang penuh ironi dan kejutan.
Dengan peluncuran buku
itu, tak berlebihan kiranya jika Jarot menjadi salah satu penerus kepengarangan
Ahmad Tohari, cerpenis dan novelis yang kondang dengan “Ronggeng Dukuh Paruk”. Sebagaimana
dalam persembahan buku itu, Jarot juga menyebut nama Ahmad Tohari sebagai guru
yang mengajari makna dan cara berkebudayaan.[AP]
Gambar 2. Jarot C Setyoko memberikan kata sambutan dalam launching bukunya.
Gambar 3. Ratusan penonton memadati acara launching buku karya Jarot C Setyoko
Ket. Foto-foto dokumentasi pribadi
0 komentar:
Posting Komentar