Oleh Agus Pribadi
Assalamualaikum
Guruku
yang tercinta,
maaf anak didikmu ini baru terlihat lagi,
selamat jalan guru kau memang pahlawan tanpa tanda jasa,
semua baktimu akan selalu ku kenang sepanjang masa,
maaf kan pula aku belum sempat memenuhi keinginan mu
untuk menjenguk sekolah kita dan berjumpa dengan mu lagi,
namun Allah ternyata lebih menyayangimu,
kau memberi ilmu yang sangat berharga untukku
sehingga aku bisa seperti sekarang ini.
aku janji suatu hari nanti aku akan kembali ke sekolah kita
dengan bangga bahwa aku Alumni sekolah kita
semoga engkau diberi tempat terbaik disisi Allah SWT
Amin (status seorang mantan anak didik di dinding FB gurunya)
maaf anak didikmu ini baru terlihat lagi,
selamat jalan guru kau memang pahlawan tanpa tanda jasa,
semua baktimu akan selalu ku kenang sepanjang masa,
maaf kan pula aku belum sempat memenuhi keinginan mu
untuk menjenguk sekolah kita dan berjumpa dengan mu lagi,
namun Allah ternyata lebih menyayangimu,
kau memberi ilmu yang sangat berharga untukku
sehingga aku bisa seperti sekarang ini.
aku janji suatu hari nanti aku akan kembali ke sekolah kita
dengan bangga bahwa aku Alumni sekolah kita
semoga engkau diberi tempat terbaik disisi Allah SWT
Amin (status seorang mantan anak didik di dinding FB gurunya)
Gambar Pixabay.com
Jika seorang guru
mendapatkan status seperti itu di saat sang guru telah tiada, berarti guru
tersebut telah meninggalkan jejak pendidikan yang sangat berkesan di hati
mantan anak didiknya.
Dan untuk meninggalkan
kesan yang mendalam di hati anak didik, bagi seorang guru bukanlah perkara
semudah membalikkan telapak tangan. Guru yang benar-benar dijadikan sebagai
“guru” oleh anak didik. Guru yang selalu diikuti setiap arahan dan bimbingan.
Guru yang senantiasa memberikan ilmu yang bisa diterima dan diterapkan oleh
anak didiknya. Guru yang tidak sekedar mendapat gelar akademik dan gelar formal
lainnya.
Setiap guru tentu ingin
meninggalkan sesuatu yang bermakna dalam hidup anak didiknya. Sehingga anak
didik akan terkesan pada guru tersebut. Bukan sekedar capaian-capain formal
berupa pangkat, gelar, jabatan, gaji, tunjangan, dan sebagainya. Namun
membutuhkan sesuatu yang tidak tampak tetapi dirasakan oleh orang lain yakni
anak didik dan masyarakat. Itulah mungkin yang dapat dikatakan sebagai guru
sejati.
Guru sejati adalah guru
yang tidak silau dengan pujian. Guru yang tidak silau dengan gelimpang materi
duniawi. Guru yang bersahaja. Guru yang tulus.
Status di atas mungkin
bisa menjadi pengingat para guru atau siapapun yang ingin berkecimpung di dunia
pendidikan. Agar kelak dapat meninggalkan jejak makna bagi kehidupan anak didik
dan masyarakatnya.
0 komentar:
Posting Komentar