Oleh
Agus Pribadi
Ketika
seorang guru bertanya kepada seorang siswa, kemudian siswa itu berusaha
menjawab pertanyaan dengan mencari-carinya dalam buku catatan atau buku cetak.
Apa yang dicarinya baru ditemukannya setelah sang guru menunggu beberapa menit.
Dengan lantang siswa itu membacakan jawaban pertanyaan gurunya. Sang guru pun
memberi pujian : bagus!
Gambar Pixabay.com
Kejadian
di atas merupakan gambaran sederhana dari generasi teks book. Generasi yang kurang percaya diri terhadap pikirannya
sendiri, karena itu harus mengandalkan catatan dalam buku. Generasi yang tidak pernah atau jarang memproduksi pemikiran-pemikiran
yang murni datang dari pikirannya, meskipun sebuah gagasan sangat sederhana sekalipun.
Generasi yang menghafal kata-kata dan kalimat yang ada di buku tanpa mencerna
dan mengungkapkannya kembali dengan gagasan dan bahasanya sendiri.
Generasi
teks book lahir dari sebuah kekakuan
dan keseragaman. Kekakuan dalam memandang sebuah persoalan, bahwa hanya ada
jawaban tunggal untuk menjawab suatu pertanyaan. Jawaban itu harus sama persis
dan tidak boleh berbeda. Keseragaman dalam sudut pandang terhadap suatu
masalah. Bahwa masalah tertentu harus dipecahkan dengan jawaban tertentu pula
yang sama untuk setiap orang.
Jika
generasi teks book bertemu gurunya di
jalan, kemudian ditanya oleh gurunya itu. Lantas ia berlari ke rumahnya yang
cukup jauh hanya untuk membuka buku dan mencari jawabannya. Setengah jam
kemudian siswa tersebut menemui gurunya di jalan dan membacakan keras-keras
jawabannya dari sebuah buku yang dibawanya. Bukan kejeniusan yang terlihat di
sana, melainkan sebuah keganjilan.
Memutus
Generasi Teks Book
Gambaran
kejadian di atas dalam kenyataannya mungkin tidak sepenuhnya seperti itu. Namun
jika para siswa lebih senang menghafal dari pada menghayati, dan lebih suka
menjawab sama seperti buku dari pada menjawab dengan bahasanya sendiri. Hal itu
dapat mengarah pada generasi teks book.
Apalagi jika guru kerap memberikan soal pilihan ganda yang kurang menggali
gagasan murni siswa. Hal itu semakin menyuburkan siswa menjadi generasi teks book.
Sebelum
generasi muda kita menjadi generasi teks
book yang dapat memasung kreativitasnya, maka perlu segera diputus hal-hal
yang mengarah pada terciptanya keadaan tersebut. Setidaknya ada dua hal yang
dapat memutus generasi teks book, yaitu 1) mengkondisikan siswa untuk menjawab
pertanyaan baik lisan maupun tulisan, dengan pikiran murninya sendiri tanpa
terbelenggu dengan buku dan hafalan; 2) melatih kemampuan siswa untuk
menuangkan gagasannya melalui tulisan.
Berkaitan
dengan solusi pertama untuk memutus generasi teks book, soal-soal pilihan ganda memang tidak sepenuhnya kurang
baik, namun porsinya perlu dikurangi. Di sisi lain, soal-soal uraian perlu
diperbanyak dengan jawaban yang tidak harus sama dengan buku referensi yang
ada. Biarkan siswa mengekspresikan dan menggali gagasan murninya sendiri. Bisa
jadi gagasan murni itu terinspirasi dari tulisan yang ada pada buku tetapi
tidak dituliskannya mentah-mentah, melainkan melalui proses pengolahan terlebih
dahulu. Dari proses tersebut akan mengalir gagasan segar dari pemikiran murni
siswa, meski hanya sebuah gagasan sangat sederhana sekalipun. Hal itu akan
lebih bermakna dari pada gagasan muluk hasil copy paste dari sebuah buku.
Diskusi
tentang suatu hal juga akan melatih kemampuan siswa dalam mengungkapkan
gagasannya sendiri melalui lisan. Dalam diskusi, siswa belajar memberi dan
menerima pemikiran siswa lain. Siswa akan terbiasa berinteraksi dengan
gagasan-gagasan yang ada. Hal itu akan melatih sikap terbuka dan fleksibel yang
ada pada diri siswa.
Berkaitan
dengan solusi kedua dalam memutus generasi teks
book, perlu dibudayakan kemampuan menulis siswa. Menulis bukan hanya milik
pelajaran bahasa Indonesia semata. Namun pelajaran apapun dapat berkaitan
dengan dunia tulis menulis siswa.
Melatih
siswa menuliskan gagasannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran akan
menumbuhkan kreatifitasnya. Rasa percaya diri siswa pun akan semakin tumbuh
seiring kemampuannya dalam menuangkan gagasannya melalui tulisan.
Membiasakan
siswa menulis akan menumbuhkan minat siswa dalam membaca buku-buku yang
dijadikan referensi apa yang akan dia tulis. Hal itu akan membawa manfaat lain,
yaitu minat baca siswa yang semakin tinggi.
Memutus
generasi teks book, harapannya akan
terlahir generasi kreatif. Generasi yang percaya diri dan bangga dengan hasil
karya dan pemikirannya sendiri. Generasi yang mampu memecahkan persoalan yang
datang tidak menentu di hadapannya. Generasi yang mampu menyesuaikan diri
dengan tantangan zaman yang sangat cepat perubahannya. Semoga. []
0 komentar:
Posting Komentar