BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Sabtu, 12 November 2016

Generasi Teks Book


Oleh Agus Pribadi
Ketika seorang guru bertanya kepada seorang siswa, kemudian siswa itu berusaha menjawab pertanyaan dengan mencari-carinya dalam buku catatan atau buku cetak. Apa yang dicarinya baru ditemukannya setelah sang guru menunggu beberapa menit. Dengan lantang siswa itu membacakan jawaban pertanyaan gurunya. Sang guru pun memberi pujian : bagus!
Gambar Pixabay.com
Kejadian di atas merupakan gambaran sederhana dari generasi teks book. Generasi yang kurang percaya diri terhadap pikirannya sendiri, karena itu harus mengandalkan catatan dalam buku. Generasi yang  tidak pernah atau jarang memproduksi pemikiran-pemikiran yang murni datang dari pikirannya, meskipun sebuah gagasan sangat sederhana sekalipun. Generasi yang menghafal kata-kata dan kalimat yang ada di buku tanpa mencerna dan mengungkapkannya kembali dengan gagasan dan bahasanya sendiri.
Generasi teks book lahir dari sebuah kekakuan dan keseragaman. Kekakuan dalam memandang sebuah persoalan, bahwa hanya ada jawaban tunggal untuk menjawab suatu pertanyaan. Jawaban itu harus sama persis dan tidak boleh berbeda. Keseragaman dalam sudut pandang terhadap suatu masalah. Bahwa masalah tertentu harus dipecahkan dengan jawaban tertentu pula yang sama untuk setiap orang.
Jika generasi teks book bertemu gurunya di jalan, kemudian ditanya oleh gurunya itu. Lantas ia berlari ke rumahnya yang cukup jauh hanya untuk membuka buku dan mencari jawabannya. Setengah jam kemudian siswa tersebut menemui gurunya di jalan dan membacakan keras-keras jawabannya dari sebuah buku yang dibawanya. Bukan kejeniusan yang terlihat di sana, melainkan sebuah keganjilan.
Memutus Generasi Teks Book
Gambaran kejadian di atas dalam kenyataannya mungkin tidak sepenuhnya seperti itu. Namun jika para siswa lebih senang menghafal dari pada menghayati, dan lebih suka menjawab sama seperti buku dari pada menjawab dengan bahasanya sendiri. Hal itu dapat mengarah pada generasi teks book. Apalagi jika guru kerap memberikan soal pilihan ganda yang kurang menggali gagasan murni siswa. Hal itu semakin menyuburkan siswa menjadi generasi teks book.
Sebelum generasi muda kita menjadi generasi teks book yang dapat memasung kreativitasnya, maka perlu segera diputus hal-hal yang mengarah pada terciptanya keadaan tersebut. Setidaknya ada dua hal yang dapat memutus generasi teks book, yaitu 1) mengkondisikan siswa untuk menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan, dengan pikiran murninya sendiri tanpa terbelenggu dengan buku dan hafalan; 2) melatih kemampuan siswa untuk menuangkan gagasannya melalui tulisan.
Berkaitan dengan solusi pertama untuk memutus generasi teks book, soal-soal pilihan ganda memang tidak sepenuhnya kurang baik, namun porsinya perlu dikurangi. Di sisi lain, soal-soal uraian perlu diperbanyak dengan jawaban yang tidak harus sama dengan buku referensi yang ada. Biarkan siswa mengekspresikan dan menggali gagasan murninya sendiri. Bisa jadi gagasan murni itu terinspirasi dari tulisan yang ada pada buku tetapi tidak dituliskannya mentah-mentah, melainkan melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Dari proses tersebut akan mengalir gagasan segar dari pemikiran murni siswa, meski hanya sebuah gagasan sangat sederhana sekalipun. Hal itu akan lebih bermakna dari pada gagasan muluk hasil copy paste dari sebuah buku.
Diskusi tentang suatu hal juga akan melatih kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya sendiri melalui lisan. Dalam diskusi, siswa belajar memberi dan menerima pemikiran siswa lain. Siswa akan terbiasa berinteraksi dengan gagasan-gagasan yang ada. Hal itu akan melatih sikap terbuka dan fleksibel yang ada pada diri siswa.
Berkaitan dengan solusi kedua dalam memutus generasi teks book, perlu dibudayakan kemampuan menulis siswa. Menulis bukan hanya milik pelajaran bahasa Indonesia semata. Namun pelajaran apapun dapat berkaitan dengan dunia tulis menulis siswa.
Melatih siswa menuliskan gagasannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran akan menumbuhkan kreatifitasnya. Rasa percaya diri siswa pun akan semakin tumbuh seiring kemampuannya dalam menuangkan gagasannya melalui tulisan.
Membiasakan siswa menulis akan menumbuhkan minat siswa dalam membaca buku-buku yang dijadikan referensi apa yang akan dia tulis. Hal itu akan membawa manfaat lain, yaitu minat baca siswa yang semakin tinggi.
Memutus generasi teks book, harapannya akan terlahir generasi kreatif. Generasi yang percaya diri dan bangga dengan hasil karya dan pemikirannya sendiri. Generasi yang mampu memecahkan persoalan yang datang tidak menentu di hadapannya. Generasi yang mampu menyesuaikan diri dengan tantangan zaman yang sangat cepat perubahannya. Semoga. []

Share:

0 komentar:

VIDEO PEMBELAJARAN

Arsip

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA