Oleh Agus Pribadi
Jika
dirasa-rasa, menulis itu seperti membuat masakan. Bahannya adalah ide cerita,
ide tulisan atau tema tulisan. Bumbu-bumbunya adalah pilihan kata-kata yang
berserakan di alam pikiran, teknik menulis, dan gaya bertutur.
Gambar Pixabay.com
Misalnya
menulis cerpen. Bahannya ide cerita (atau tema cerita). Misalnya temanya
tentang seorang gadis yang dikhianati kekasihnya. Selanjutnya bahan-bahan pendukungnya adalah : 1) judul,
misalnya Gadis Penunggu Embun, 2) Alur dan plot : Seorang lelaki mengajak
kenalan pada si gadis, ternyata gadis itu merupakan makhluk halus, 3) setting :
taman kota, 4) messege, seorang gadis harus berhati-hati menjaga dirinya.
Kemudian
meracik bumbu-bumbu berupa pilihan kata-kata sebagai penyedapnya, misalkan :
embun, daun-daun, bunga-bunga, bergelayut, dan lain-lain. Kemudian awal cerita
harus dibuat semenarik dan seindah mungkin, bagian isi harus disajikan dengan
gaya bertutur seelok mungkin agar pembaca tidak cepat bosan menikmatinya.
Ending dibuat sememukau mungkin misalnya dengan efek kejut. Semua itu dapat
dilakukan oleh penulis yang rajin mengasah teknik menulis dan gaya bertutur.
Maka
jadilah sebuah tulisan cerpen yang siap saji dan siap santap. Ibarat masakan
seperti masakan yang harum baunya, indah warnanya, enak rasanya, dan bergizi.
Mampu membuat perut keroncongan orang yang mendekatinya. Hasilnya pun
menyehatkan jasmani dan rohani. []
0 komentar:
Posting Komentar