Guru SMP 5 Mrebet Luncurkan Tiga Buah Buku
27 Februari 2018 | Suara Banyumas (Suara Merdeka)
PURBALINGGA- Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
SMP Negeri 5 Mrebet Purbalingga, Agus Pribadi akan meluncurkan tiga buah buku,
di RM Wapo Kebon Kelapa, Wirasana, Purbalingga, Minggu (4/3). Guru ini ternyata
cukup produktif menghasilkan karya sastra.
Tiga buku yang akan diluncurkan itu, terdiri atas 36 Rahasia
Bisa Menulis, kumpulan cerita cekak penginyongan Doresani, dan kumpulan cerita
pendek Unggas- Unggas Bersayap Putih.
Ketiga buku itu akan dibedah oleh Ryan Rachman, wartawan
Suara Merdeka dan aktivis Komunitas Teater dan Sastra Perwira (Kata Sapa) dan
Agustav Triono (penyair).
”Menulis adalah sebuah proses yang tidak terlalu mudah,
tetapi juga tidak terlalu susah. Menulis butuh ketekunan, ketelatenan, dan
keuletan. Terkadang butuh waktu bertahun-tahun untuk dapat menerbitkan sebuah
buku.
Jika hanya satu atau dua hari, akan sangat sulit,” ujar Agus
Pribadi ketika ditanya proses kreatifnya dalam menekuni dunia tulis-menulis,
Minggu (25/2).
Beberapa Tahun
Buku pertama, berjudul 36 Rahasia Bisa Menulis yang berisi
panduan bagi siapa saja yang ingin belajar menulis fiksi, nonfiksi, dan blog.
Buku itu ditulis berdasarkan perenungan dan penghayatan saat menulis untuk
media online maupun media cetak. Diterbitkan oleh Penerbit Leutikaprio, Jogyakarta,
Desember 2017.
Sedangkan Doresani merupakan kumpulan cerita pendek
berbahasa Jawa dialek Banyumasan. Buku ini ini berisi 16 cerita tentang
kehidupan sehari-hari yang mengandung hikmah kehidupan.
Diterbitkan oleh Satria Indra Prasta-SIP Publishing,
Banyumas, Januari 2018. Buku ketiga, berjudul Unggas-Unggas Bersayap Putih
berisi 15 cerita pendek.
Cerpen-cerpen dalam buku itu pernah dimuat di berbagai media
seperti Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Satelitpost, dan media lainnya.
Diterbitkan oleh Pustaka Media Guru, Surabaya, Desember 2017.
”Materi-materi yang ada pada ketiga buku tersebut tidak kami
tulis dalam waktu singkat, namun beberapa tahun lamanya. Kemudian dikumpulkan
dan dijadikan buku,” ujarnya.
Melalui peluncuran ketiga buku tersebut, Agus Pribadi yang
kelahiran Purbalingga 10 Mei 1978 ini mengajak para penulis di Banyumas,
Purbalingga, dan sekitarnya untuk terus berkarya dalam proses panjang dan tiada
henti.
”Harapan saya, para penulis dari Banyumas Raya dapat semakin
berkiprah di tingkat regional, nasional, bahkan internasional,” kata alumnus
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang
diangkat sebagai CPNS tahun 2009 ini.(K35-72)
Harus Memperkaya Nuansa Lokalitas
06 Maret 2018 | Suara Banyumas (Suara Merdeka)
PURBALINGGA-Bertempat di Rumah Makan Wapo Wirasana
Purbalingga, peluncuran tiga buku karya Agus Pribadi berlangsung meriah. Ibu
Pristiani Florida, rekan kerja sekaligus pimpinan di mana Agus Pribadi bekerja,
meluncurkan ketiga buku itu, yakni buku kumpulan cerkak banyumasan Doresani, 36
Rahasia Bisa Menulis, dan buku kumpulan cerpen Unggas-Unggas Bersayap Putih,
pada Minggu 4 Maret 2018.
Secara simbolis Agus Pribadi menyerahkan buku Doresani
kepada Prasetyo, Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Bukateja, sebagai salah satu
sesepuh pegiat literasi di Purbalingga.
Setelah peluncuran ketiga buku tersebut, acara dilanjutkan
dengan bedah buku Doresani, dengan pembedah Ryan Rachman (sastrawan) dan
Agustav Triono (penyair), dengan moderator Indra Defandra (novelis). Sebelum
buku dibedah, Agustav Triono yang biasa melatih ekstrakurikuler teater di
beberapa sekolah di Purbalingga membacakan salah satu cerkak dalam buku
Doresani. Sekitar 30 peserta yang hadir dalam acara itu tampak terhibur saat
mendengarkan Agustav membacakan cerkak berjudul ‘’Wedang Teh’’.
Patut Dibaca
Wartawan Suara Merdeka, Ryan Rachman, dalam ulasannya
tentang buku Doresani menyampaikan, meski masih sederhana, namun karya Agus
Pribadi tersebut patut dibaca khususnya oleh generasi muda. ”Saya salut dengan
Agus Pribadi yang mampu mengambil kejadian keseharian menjadi sebuah cerkak,”
katanya.
Sementara itu, Agustav Triono memaparkan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar cerita pendek berbahasa banyumas karya Agus
Pribadi lebih memperkaya nuansa lokalitasnya. ”Misalnya penggunaan jenis
makanan yang lebih bervariasi, dan penggunaan kosa kata yang lebih murni bahasa
banyumasan,” ujarnya. Dalam acara tersebut juga dibahas tentang bahasa dan
sastra khususnya bahasa Jawa dialek banyumasan, serta bagaimana cara menggali
ide dan menuliskannya menjadi sebuah karya sastra.(K35-46)