BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Minggu, 25 Juli 2021

Perempuan Rekaan Agus Pribadi

 


Oleh Mufti Wibowo

 

Judul        : Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan

Genre       : Kumpulan Cerpen

Penulis     : Agus Pribadi

Cetakan.  : pertama, 2021

Tebal        : vi + 94

Penerbit  : SIP

ISBN        : 978-623-337-117-9

 

Umar Kayam mengenalkan pada saya pada tokoh rekaannya, Sri Sumarah, sebagaimana Pram mengenalkan Nyai Ontosoroh. Kedua tokoh itu meninggalkan kesan mendalam bagi saya hingga bertahun-tahun setelah membacanya, sebagaimana tokoh rekaan Eka Kurniawan, Dewi Ayu.

 

Belum lama setelah bergumul dengan Simone de Beauvoir melalui karya monumentalnya, Second Sex, saya berkesempatan membaca kumpulan cerpen Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan karya Agus Pribadi. Tentu saja saya tidak bermaksud untuk mebandingkan keduanya. Setidaknya, saya merasa mendapat privilese untuk meminjam sudut pandang “feminis” untuk mengomentari, secara khusus, tokoh-tokoh perempuan rekaan Agus Pribadi dalam buku terbarunya yang setebal 94 halaman.

 

Kesan pertama dalam benak saya saat melihat perwajahan buku dengan pemilihan tema yang murung adalah penonjolan kata lelaki dan gadis (perempuan). Dua kata yang kerap “dihadap-hadapkan” dalam konstruksi yang khas pada hampir semua budaya. Sedikitnya, terdapat lima belas tokoh perempuan dalam Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan, dan semuanya adalah tokoh sentral dalam setiap cerita.

 

Ibu (perempuan) yang muncul dalam setiap cepen Agus adalah sosok yang keramat. Pandangan ini bisa dilacak dari latar mistisme Jawa atau Islam, sebagaimana latar belakang penulis. Meski sosok ibu disebut tidak boleh dibantah oleh anak-anaknya, Ibu bukan dalam posisi pemegang otoritas. Itu yang tampak pada relasi tokoh aku dan ibu pada cerpen “Catatan Ibu” dan “Ibu dan Gaji Pensiunnya”.

 

Dengan uraian itu, saya ingin mengatakan bahwa tokoh aku sebagai anak laki-laki yang mengeramatkan sosok ibu justru berperan sebagai pemegang otoritas itu. Aku merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada ibunya, termasuk keselamatannya. Dengan begitu pula, tak berlebihan jika saya mengajukan kalimat tesis berikut: apakah tokoh aku adalah subaltern dari Agus Pribadi sebagai pengarang (laki-laki) untuk mengintervensi otonomi teks?

 

Agus juga memproyeksikan sosok perempuan dalam relasi organiknya dengan laki-laki. Hubungan organik itu terbaca sedikitnya pada cerpen “Gadis Anggrek”, “Empat Bulan di Malam Purnama”, “Ayu dan Ayahnya” dan “Kota Tua”. Pada keempat cerpen tersebut, tokoh-tokoh perempuannya diceritakan dalam sudut pandang lelaki, sebagai pasangan kekasih atau suami-istri. Secara stereotip, tokoh perempuan digambarkan sebagai subjek yang tidak utuh, gegar karena patah hati yang traumatis. Hal itu dipertentangkan dengan hubungan organik ideal yang harmoni. Namun demikian, kesan glorifikasi terhadap kultur paternal yang memosisikan perempuan sebagai pihak yang pasif dalam upaya mencapai “harmoni” itu adalah sesuatu yang layak digugat oleh pembaca.

 

Terakhir, saya menggarisbawahi tokoh perempuan rekaan Agus dalam cerpen “Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Sungai”. Satu-satunya cerpen dalam buku ini yang pernah terpublikasi di media, Radar Banyumas, ini menggambarkan sosok gaib atau misterius dalam citra wadak perempuan. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apa dasar Agus memilik citra visual “gadis”? Apakah akan mengubah alur dan kekohesian cerita jika sosok “gadis” diganti dengan sosok lain, misal “perjaka”? Atau, menggantinya dengan figur netral yang tak bias gender “dia”?

 

Alih-alih mendeskripsikan kausalitas hubungan sosok “gadis” dengan “lelaki”, kecuali pada dua paragraf yang mengesankan penutup yang gegabah, narator hanya sibuk menarasikan lelaki penjaring ikan. Dengan begitu, pembaca layak mencurigai motif di balik Agus menghadirkan tokoh “gadis” misterius—memararelkannya dengan kode-kode budaya yang bercampur mitos di luar teks—yang memosisikan perempuan sebagai subjek yang inferior secara fisik dan didominasi emosi sekaligus lemah secara rasio—sebagai metafora dari misteri atau sesuatu yang “tidak terdefinisi”.

 

Pembaca bisa mendekati teks dengan berbagai cara dan sudut pandang. Saya, yang hidup di Indonesia—sebagaimana Agus Pribadi—dapat membandingkan sosok tabu atau misteri yang dicitravisualkan sebagai perempuan jauh lebih dominan dari pada laki-laki. Pembaca dapat menemukan faktanya pada film-film nasional bergenre horor.

 

Tentu kita mafhum dengan sebuah frasa ampuh berbunyi karya sastra (sebagai cabang seni) tidak lahir dari ruang kosong budaya. Sebagaimana karya sastra yang dibidani Agus, dia adalah bagian dari dunianya yang mewedarkan nilai-nilai budaya yang hidup di luar teks. Dan, normal saja ketika nilai-nilai atau sesuatu yang di luar teks merembas ke tubuh teks.

 

Yang mesti dibedakan untuk menentukan keberhasilan atau kegagalannya adalah menguji apakah rembasan itu hadir sebagai kesadaran penulis atau rembasan yang muncul tanpa rencana. Dalam kerja kreatif, yang sesungguhnya sangat teknis-mekanis, sesuatu yang tanpa rencana itu adalah kebocoran yang mesti diminimalisasi. Tabik.

 

* Mufti Wibowo penulis prosa dan editor lepas kelahiran Purbalingga.

Sumber tulisan:

https://maarifnujateng.or.id/2021/07/perempuan-rekaan-agus-pribadi/

 

Share:

Kamis, 01 Juli 2021

Ikuti Kelas Novel Angkatan 2 Bersama Agus Pribadi

 


Dewasa ini merebak penerbitan buku kumpulan cerpen baik karya bersama (antologi) maupun karya perorangan seperti jamur di musim penghujan. Namun demikian, penerbitan novel sepertinya tidak sebanyak buku kumpulan cerpen. Hal ini kemungkinan karena menulis novel membutuhkan konsistensi dan ketekunan agar dapat mencapai panjang tulisan sebagaimana layaknya sebuah novel: 7.500-17.500 kata (novelet), 17.500-40.000 kata (novela), 40.000-100.000 kata (novel), lebih dari 100.000 kata (novel epik).

Tidak hanya harus mencapai panjang tulisan tertentu, sebuah novel tentunya memiliki alur/plotnya tersendiri yang berdiri sendiri, bukan sebuah cerpen yang dipanjang-panjangkan. Sebuah novel ada pendahuluan, isi, dan penutup. Proporsi ketiganya tentunya harus seimbang. Tokoh utama harus membawa misi yang berat dengan segala konsekuensinya yang tidak mudah untuk selanjutnya mengalami perubahan nasib tertentu apakah sukses atau gagal. Tidak hanya seperti itu, tokoh cerita beserta alur/plot yang dibangun pun haruslah yang mengundang simpati dan empati pembaca agar pembaca betah menikmati dari lembar awal sampai lembar akhir novel dan menutup novel dengan mata berbinar-binar.

Tidak mudah memang menulis novel yang semacam itu. Namun demikian, bukan berarti tidak bisa dipelajari dan dilatih. Novelis sekaliber Ahmad Tohari pun tidak lepas dari kritikan pada novel yang ditulisnya, tetapi beliau tidak patah semangat, bahkan membuktikan kualitas tulisannya dengan menuliskan novel karya maestro Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk.

Sebagai salah satu ikhtiar untuk bisa menulis novel, “Kelas Menulis Novel Angkatan 2 Via WhatsApp Grup Bersama Agus Pribadi” mencoba hadir. Kelas ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengembangkan ketekunan dan keuletan dalam menulis novel. Selama satu tahun, mereka akan didampingi untuk berusaha menghasilkan sebuah karya novel. Jadi, kelas ini merupakan kelas praktik, bukan kelas teori yang hanya menyajikan materi penulisan novel.

Bagi yang berminat bisa mengikuti ketentuan pada poster. Pendaftaran masih dibuka sampai tanggal 9 Juli 2021 dengan biaya cukup terjangkau.

Banyumas,  2 Juli 2021

Salam Literasi,

Agus Pribadi

Share:

Kamis, 10 Juni 2021

Mengenal Lebih Dekat: Agus Pribadi

 


Agus Pribadi lahir di Purbalingga, 10 Mei 1978. Ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun 2002.

Riwayat pekerjaannya lebih banyak di dunia pendidikan : Guru SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto (2003-2004), Guru SMP Negeri 1 Kembaran (2005-2008), Guru SMP Negeri 4 Rembang Purbalingga (2009-2011), Guru SMP Negeri 5 Mrebet Purbalingga (2011- sekarang).

Di sela-sela kesibukan sebagai guru IPA SMP, ia juga aktif di beberapa organisasi, misalnya : Pengurus MGMP IPA SMP Kabupaten Purbalingga, Koordinator Komunitas Menulis Penamas (Penulis Muda Banyumas), Pengelola Media Online Sastra Teplok.id

Pelatihan menulis yang pernah diikuti diantaranya:

1)      Kelas cerpen Kompas 2018

2)      Beberapa kelas menulis online A.S. Laksana (2020)

3)      Workshop Menulis Novel Han Gagas (2020)

4)      Kelas Menulis Padmedia Batch 4

Buku prosa karya tunggalnya yang telah terbit diantaranya:

1)      Kumcer Gadis Berkepala Gundul (2014)

2)      Kumpulan Cerkak Doresani (2018)

3)      Kumcer Unggas-Unggas Bersayap Putih (2018)

4)      Novel Sihir Sayap Ular (2019)

5)      Kumcer Hadiah Istimewa untuk Ibu (2020)

6)      Kumcer Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan (2021)

Buku Tips Menulis yang telah terbit diantaranya:

1)      27 Kiat Menulis Cerita Pendek (2015)

2)      36 Rahasia Bisa Menulis (2017)

3)      6 Langkah 6 Jam Bisa Menulis Cerpen (2019)

4)      Pernak Pernik Menulis Cerita Pendek (E-Book, 2021)

Buku Lainnya  yang telah terbit diantaranya:

1)      Guru Forever, Cerita Inspiratif Seorang Guru (2019)

2)      Belajar Budi Daya Jamur Tiram di Sekolah (2020)

Pengalaman Menjadi Juri Lomba Cerpen:

1.      Juri Lomba Cerpen Pelajar (FLS2N) Kab. Purbalingga 2017

2.      Juri Lomba Cerpen Umum Satria Indra Prasta Publishing (SIP Publishing) 2020

3.      Juri Lomba Cerpen Umum Satria Indra Prasta Publishing (SIP Publishing) 2021

 

Cerpen-cerpennya juga terhimpun dalam berbagai buku antologi bersama, diantaranya: Buku Kelas Cerpen Kompas 2018; Buku Cerpen Pilihan Pandemi #ProsaDiRumahAja Indonesia Kaya (2020), dan lain-lain.

Cerpen-cerpennya terpercik di Kompas.id, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Tabloid Cempaka, Tabloid Minggu Pagi, Satelitpost, Kompas.com, majalah Ancas Kalawerta Penginyongan, dan lain-lain.

Prestasi menulisnya di antaranya: 1) Pemenang III Lomba KTI HUT PGRI ke-67 Kabupaten Purbalingga Tahun 2012, 2) Juara I  Lomba Membuat Blog Katagori Guru SMP HUT ke-71 PGRI Kabupaten Purbalingga Tahun 2016, 3) Pemenang Harapan Sayembara Penulisan Cerita Bermuatan Lokal bagi Guru Balai Bahasa Jawa Tengah (2020), 4) Nomine Lomba Menulis Cerpen Kategori Umum Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto 2020

Pemenang Harapan Sayembara Penulisan Cerita Bermuatan Lokal bagi Guru Balai Bahasa Jawa Tengah (2020)


 

Share:

Jumat, 30 April 2021

Pengembalian Naskah Masing-Masing Peserta (Proyek Antologi Cerpen Menembus Penerbit Mayor)

 


 

Sesuai ketentuan pasal 19 proyek antologi cerpen menembus penerbit mayor:

“Jika sampai 30 April 2021 draf tidak diterima penerbit mana pun, maka cerpen-cerpen terpilih menjadi hak penulis masing-masing (dikembalikan ke penulis masing-masing), dan tidak akan diterbitkan di penerbit indie.”

Berdasarkan hal di atas, maka naskah cerpen terpilih saya kembalikan ke penulis masing-masing karena belum ada atau tidak ada penerbit mayor yang menerima naskah tersebut.

Demikian pengumuman ini. Terima kasih atas partisipasi para penulis semua, mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan, serta harap maklum.

Salam literasi.

Banyumas, 1 Mei 2021

Agus Pribadi

Share:

Senin, 12 April 2021

Kelas Menulis Buku Kumcer: Tetap Belajar Nulis Saat Ramadan

 



Selama Ramadan 1442 H/ 2021 M, Agus Pribadi menggelar Kelas Menulis Buku Kumpulan Cerpen. Kelas berlangsung melalui grup whatsapp selama empat kali pertemuan yang digelar setiap hari Minggu pukul 10.00 – 11.30, dengan pendampingan menulis buku kumcer selama 6 bulan. Biasanya Agus Pribadi menggelar kelas cerpen—sudah angkatan 4— dan juga kelas novel angkatan 1 di luar bulan Ramadan, dan baru kali ini Agus Pribadi membuka kelas menulis buku kumpulan cerpen edisi Ramadan. Kegiatan ini istimewa karena boleh dikatakan sebagai kelanjutan dari kelas menulis cerpen, dan para peserta dituntut untuk bisa membagi waktu dalam mengisi bulan Ramadan: di antara kegiatan tarawih, tadarus, mengikuti pengajian, dan kegiatan lainnya, masih menyempatkan diri untuk belajar menulis.  Kelas ini bisa menjadi alternatif mengisi kegiatan positif selama Ramadan.

Materi yang diberikan dalam kelas menulis buku kumcer ini adalah:

1.      Kiat menulis cerpen

Materi ini lebih ditujukan untuk menggali 101 ide menulis cerpen. Harapannya dari kelas ini peserta bisa memiliki 10 ide cerpen untuk dikumpulkan sebagai draf buku kumpulan cerpen masing-masing peserta.

2.      Kiat menulis produktif

Penulis buku kumpulan cerpen adalah penulis yang produktif karena menghasilkan banyak cerpen untuk dibukukan. Kiat menulis produktif dihadirkan agar peserta memiliki kemampuan dan kebiasaan menulis produktif khususnya menulis cerita pendek.

3.      Kiat menulis buku kumpulan cerpen

Materi mengenai kiat menulis buku kumpulan cerpen agar tampil elegan dan menarik. Bagaimana cara mendapatkan benang merah dari cerpen-cerpen yang akan dibukukan?

4.      Merancang buku kumpulan cerpen

Merancang materi cerpen yang akan dijadikan buku. Peserta mempersiapkan cerpen-cerpen yang akan dibukukan.

Kelas ini akan dimulai 18 April 2021. Masih ada kesempatan mendaftar sampai 17 April 2021. Ada pemotongan harga Rp. 50.000,- bagi pendaftar sebelum 17 April 2021. Tidak hanya itu, peserta kelas ini juga mendapat bonus buku kumpulan cerpen terbaru karya Agus Pribadi.


Jika berminat bisa menghubungi no whatsapp 085290124307.

Share:

Selasa, 16 Maret 2021

Kelas Cerpen Angkatan 4 Siap Digelar

 


Setelah di tahun sebelumnya vakum menggelar kelas cerpen, tahun 2021 ini Agus Pribadi kembali menggelar kelas cerpen Angkatan 4 melalui grup whatsapp pada 2-3 April 2021. Di tahun 2020 Agus Pribadi fokus mengikuti berbagai kelas penulisan khususnya cerpen sebagai bekal untuk dirinya membuka kelas cerpen angkatan 4 ini. Agus Pribadi bertekad ada sesuatu yang baru yang bisa dihadirkan bagi peserta yang mengikuti kelas ini. Agus Pribadi memang suka membekali diri dengan kelas penulisan cerpen akan selalu bisa meng-up grade materi kelas yang diampunya. Kelas menulis yang sudah diikuti oleh Agus Pribadi sebagian diantaranya adalah kelas Cerpen Kompas, Kelas Menulis AS Laksana 4 seri, Kelas novel Han Gagas, dll. Cerpen-cerpen Agus Pribadi terpercik di Kompas.id, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dll. Agus Pribadi Menjadi juara Harapan Lomba Cerpen bermuatan lokal Balai Bahasa Jawa Tengah 2020, dan Nomine lomba cerpen Bank Indonesia dan WadasKelir 2020. Agus Pribadi juga pernah menjadi juri di lomba cerpen remaja/ pelajar, dan dua kali menjadi juri lomba cerpen yang diikuti para cerpenis dari berbagai penjuru tanah air.

Kelas cerpen angkatan 4 ini akan fokus pada 2 hal mendasar:

1)    Apa itu cerita pendek?

Berisi materi apa itu cerpen, dan apa yang membedakan dengan bukan cerpen. Dengan mengetahui materi ini, peserta akan mudah untuk menulis cerpen.

2)    Bagaimana cara menulis cerita pendek yang elegan?

Berisi materi dan praktik langsung menulis cerpen yang elegan. Peserta diingatkan mengenai hal ihwal menulis cerpen seperti tanda baca, kalimat efektif, penulisan dialog, dll. Tidak berhenti sampai di situ, peserta juga diberi tips dan trik menulis cerpen yang mengandung bagian yang belum pernah diberikan di kelas-kelas sebelumnya.

Kedua pertanyaan itu akan coba dijawab dalam pelatihan ini, bukan hanya secara teoritis tetapi juga praktik. Dan yang menjadi ciri khas kelas-kelas yang diadakan oleh Agus Pribadi adalah ia sendiri ikut menulis cerpen bersama para peserta. Hal itu karena ini merupakan kelas praktik, bukan kelas yang hanya mengulas atau membicarakan cerpen.

Selama 2 sesi, dan ditambah 30 hari para peserta akan ditempa untuk mengenali cerpen, dan mengetahui serta mempraktikkan cara menulis cerpen yang elegan melalui praktik langsung menulis sebuah cerita pendek. Cerpen-cerpen karya peserta akan melalui proses konsultasi dan editing sehingga harapannya akan menghasilkan sebuah karya cerpen yang elegan, tidak sekadar selesai menuliskannya.

Bagi yang berminat bisa menghubungi nomor wa yang ada di poster.

Share:

VIDEO PEMBELAJARAN

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA