BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Jumat, 11 November 2016

Memadukan Sastra dan Sains, Mungkinkah?


Oleh Agus Pribadi

Jika ada yang berpendapat cerpen itu mengolah fakta menjadi fiksi, mungkin bisa juga analog artinya dengan “cerpen itu mengolah sains menjadi fiksi”. Selama ini fakta lebih banyak berkaitan erat dengan sosial budaya suatu masyarakat. Lebih banyak penulis yang menulis sosial budaya dibandingkan dengan sains yang digunakan sebagai inspirasi menulisnya. Ada memang penulis-penulis yang menulis fiksi sains, tapi jumlahnya tidak sebanyak penulis fiksi sosial budaya. Jika pengarang lebih dekat kepada sosok budayawan, maka jarang pengarang yang kemudian menjadi dekat dengan sosok saintist atau ilmuwan.

Sastra
Dalam pandangan saya yang awam. Sastra merupakan hasil olah kreatifitas manusia yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Nilai-nilai itu tersirat maupun tersurat dalam tatanan diksi yang sangat indah dan bermanfaat untuk orang banyak. Namun demikian bukan berarti tulisan fiksi yang sederhana tidak dapat disebut sastra. Justru dari pandangan tersebut, menjadi sebuah keniscayaan bagi pengarang untuk selalu mengasah kemampuan mengarangnya sehingga akan menghasilkan karya sastra yang semakin baik dari hari ke hari menuju puncuk (karya sastra yang indah dan bermanfaat bagi banyak orang). Karya fiksi-puisi,cerpen,novel- merupakan hasil olah kata, olah imajinasi, dan olah fakta penulisnya yang jika dilatih terus menerus akan semakin meningkatkan kualitas karyanya. Menulis fiksi menjadi semakin mudah dilakukan oleh semakin banyak orang dengan adanya teknologi informasi seperti sekarang ini.
Sains
Dalam hal ini sains yang saya maksud adalah sains kealaman. Perolehan sains dilakukan melaui sebuah proses dan langkah-langah yang sistematis didalam memecahkan masalah manusia dan lingkungannya. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan metode ilmiah. Metode ilmiah secara umum dan sederhana terdiri dari 6 langkah : merumuskan masalah, mengumpulkan keterangan melalui pengamatan, dugaan sementara (hipotesis), melakukan percobaan, mengambil kesimpulan, dan percobaan ulang. Dalam keseharian, metode ilmiah-menurut hemat saya- masih kurang memasyarakat. Metode ilmiah sepertinya hanya milik mereka  yang berada di kampus atau ruang-ruang laboratorium. Padahal masalah sederhana pun bisa didekati dengan metode ilmiah tersebut. Untuk berpikir dan bertindak ilmiah seseorang tidak harus bergelar akademik sains terlebih dahulu.
Sastra dan Sains
Penulis fiksi juga manusia sebagaimana Saintis (ilmuwan) dan mereka yang berpikir dan bertindak keilmuan). Manusia menghadapi problema hidup yang sama. Sama-sama berhadapan dengan masalah sosial budaya, sains, dan sebagainya. Kesamaan masalah itu yang mungkin dapat memadukan sastra dengan sains. Sastrawan boleh jadi berpikir keilmuan, ilmuwan boleh jadi mengembangkan kemampuannya dalam menulis fiksi.
Sebagian dari permasalahan global dan universal adalah masalah pemanasan global, kepunahan makhluk hidup, penggundulan hutan, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Di sanalah mungkin sastrawan dan ilmuwan sama-sama bergerak ikut serta bersama elemen yang lain untuk membantu menyelamatkannya![]


Share:

0 komentar:

VIDEO PEMBELAJARAN

Arsip

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA