Oleh Agus Pribadi
Jika ada yang
berpendapat cerpen itu mengolah fakta menjadi fiksi, mungkin bisa juga analog
artinya dengan “cerpen itu mengolah sains menjadi fiksi”. Selama ini fakta
lebih banyak berkaitan erat dengan sosial budaya suatu masyarakat. Lebih banyak
penulis yang menulis sosial budaya dibandingkan dengan sains yang digunakan
sebagai inspirasi menulisnya. Ada memang penulis-penulis yang menulis fiksi
sains, tapi jumlahnya tidak sebanyak penulis fiksi sosial budaya. Jika
pengarang lebih dekat kepada sosok budayawan, maka jarang pengarang yang
kemudian menjadi dekat dengan sosok saintist atau ilmuwan.
Sastra
Dalam pandangan saya
yang awam. Sastra merupakan hasil olah kreatifitas manusia yang mempunyai nilai
yang sangat tinggi. Nilai-nilai itu tersirat maupun tersurat dalam tatanan
diksi yang sangat indah dan bermanfaat untuk orang banyak. Namun demikian bukan
berarti tulisan fiksi yang sederhana tidak dapat disebut sastra. Justru dari
pandangan tersebut, menjadi sebuah keniscayaan bagi pengarang untuk selalu
mengasah kemampuan mengarangnya sehingga akan menghasilkan karya sastra yang
semakin baik dari hari ke hari menuju puncuk (karya sastra yang indah dan bermanfaat
bagi banyak orang). Karya fiksi-puisi,cerpen,novel- merupakan hasil olah kata,
olah imajinasi, dan olah fakta penulisnya yang jika dilatih terus menerus akan
semakin meningkatkan kualitas karyanya. Menulis fiksi menjadi semakin mudah
dilakukan oleh semakin banyak orang dengan adanya teknologi informasi seperti
sekarang ini.
Sains
Dalam hal ini sains
yang saya maksud adalah sains kealaman. Perolehan sains dilakukan melaui sebuah
proses dan langkah-langah yang sistematis didalam memecahkan masalah manusia
dan lingkungannya. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah secara umum dan sederhana terdiri dari 6 langkah : merumuskan
masalah, mengumpulkan keterangan melalui pengamatan, dugaan sementara
(hipotesis), melakukan percobaan, mengambil kesimpulan, dan percobaan ulang.
Dalam keseharian, metode ilmiah-menurut hemat saya- masih kurang memasyarakat.
Metode ilmiah sepertinya hanya milik mereka
yang berada di kampus atau ruang-ruang laboratorium. Padahal masalah
sederhana pun bisa didekati dengan metode ilmiah tersebut. Untuk berpikir dan bertindak
ilmiah seseorang tidak harus bergelar akademik sains terlebih dahulu.
Sastra dan Sains
Penulis fiksi juga
manusia sebagaimana Saintis (ilmuwan) dan mereka yang berpikir dan bertindak
keilmuan). Manusia menghadapi problema hidup yang sama. Sama-sama berhadapan
dengan masalah sosial budaya, sains, dan sebagainya. Kesamaan masalah itu yang
mungkin dapat memadukan sastra dengan sains. Sastrawan boleh jadi berpikir
keilmuan, ilmuwan boleh jadi mengembangkan kemampuannya dalam menulis fiksi.
Sebagian dari
permasalahan global dan universal adalah masalah pemanasan global, kepunahan
makhluk hidup, penggundulan hutan, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Di
sanalah mungkin sastrawan dan ilmuwan sama-sama bergerak ikut serta bersama
elemen yang lain untuk membantu menyelamatkannya![]
0 komentar:
Posting Komentar