Oleh Agus Pribadi
Awalnya aku selalu
masbuk saat sholat berjamaah di Mushola depan rumah. Alasan-alasan dalam hati
selalu kubuat untuk membela diri sendiri terlambat sholat berjamaah.
Gambar Pixabay.com
Selalu saja ada
pekerjaan yang belum kelar kulakukan saat terdengar kumandang azan Maghrib,
padahal Mushola itu letaknya hanya dua meter dari rumahku, tepatnya rumah
mertuaku. Dan yang menjadi imam adalah Mertuaku, Haji Muslih. Namun aku selalu
saja percaya diri untuk datang ke mushola saat shalat berjamaah sedang
berlangsung.
Tapi sejak kejadian
itu, aku berusaha untuk bergegas saat panggilan azan menggema dari corong
Mushola.
***
Orang itu baru satu
minggu kulihat sholat berjamaah di depan rumah. Ia selalu nampak punggung,
karena di shaf terdepan, sedangkan aku selalu terlambat di shaf paling
belakang.
Aku hanya memperhatikan
sekilas orang itu, seorang lelaki berumur sekitar empat puluh tahun. Biasanya
memakai kopiah hitam dan baju koko putih lengan panjang, kain sarung warna
hijau.
Orang itu selalu di
shaf terdepan saat sholat berjamaah di
Mushola depan rumah. Seperti senja ini, aku melihatnya di shaf paling belakang.
Aku memasuki Mushola saat sedang rakaat kedua.
Setelah selesai shalat
dan berzikir, aku berusaha mengamati orang itu. Pekerjaan yang tak biasanya aku
lakukan.
Dan Allahu Akbar,
tangannya...?
Dalam hati aku
terkaget. Ternyata saat aku menyalaminya, telapak tangan kanannya tidak ada.
Aku tergetar. Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini. Orang itu yang telapak tangan
kanannya tidak ada, tak pernah terlambat mengucap takbir dan mengangkat
tangannya saat takbiratul ihram, meski tangan kanannya tak sempurna. Sedangkan
aku, yang Engkau beri kesempurnaan tangan, selalu terlambat bertakbiratul
ikhram kepadamu.
Orang itu bercerita, ia
telah berhenti kerja di Jakarta. Telapak tangan kanannya putus karena
kecelakaan kerja. Sekarang ia tinggal di desa dan bekerja sebagai pedagang
mainan anak.
***
Saat terdengar
kumandang azan Isya, aku bergegas mengambil air wudlu. Saat takbiratul ikhram,
kuangkat tanganku dengan pengkhayatan yang dalam. Aku sholat bersebelahan
dengan orang itu. Saat sujud, tak terasa aku menangis tersedu. Ya Allah
ampunilah hamba-Mu ini.
Aku bertekad untuk
tidak terlambat lagi dalam shalat berjamaah.[]
0 komentar:
Posting Komentar