BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Selasa, 31 Maret 2020

DL Diundur 10 April 2020 (Proyek Antologi Cerpen Menembus Penerbit Mayor)



(sumber: Fastwork)

Sampai tanggal 31 Maret 2020 jam 24.00, naskah yang masuk sebanyak 25 naskah cerpen dari 24 penulis. Ke-24 penulis tersebut berasal dari berbagai kalangan: pelajar, mahasiswa, guru, dosen, jurnalis, editor, cerpenis, dan lain-lain.

Proyek ini akan saya ajukan ke penerbit mayor, karena itu naskah yang terpilih harus benar-benar menarik minat penerbit untuk mau menerbitkan. Sebagai upaya untuk membuka peluang sebesar-besarnya untuk mendapatkan naskah-naskah terbaik, maka saya memutuskan:



       1. Menambah waktu DL sampai 10 April 2020 Jam 24.00
       2. Pengumuman 14 naskah terpilih tetap pada 15 April 2020
       3. Ketentuan lain tidak ada perubahan

Demikian pengumuman ini, semoga bisa dimaklumi.

Banyumas, 1 April 2020
Salam,
Agus Pribadi




Link ketentuan lomba:

Share:

Senin, 16 Maret 2020

Proyek Buku Antologi Guru Menulis Artikel Opini

Proyek Buku Antologi Guru Menulis Artikel Opini


Guru dan menulis adalah 2 hal yang luar biasa jika ditujukan untuk kemaslahatan bersama.

Bagi Anda Guru dan Tenaga Kependidikan yang senang menulis, mari menulis artikel opini dengan kentuan:

1) Proyek ini berupa “Membuat Buku Antologi Artikel Opini Agus Pribadi dan penulis lainnya”.

2) Proyek ini ditujukan untuk guru dan tenaga kependidikan lainnya yang suka menulis, baik penulis pemula maupun penulis professional.

3) Tema Antologi artikel opini ini adalah “Guru dan Menulis”; dengan sub tema:
a. Guru dan Motivasi Menulis
b. Pro Kontra Menulis untuk Angka Kredit
c. Bagaimana sebaiknya guru menulis?
(Bisa pilih salah satu sub tema)

4) Artikel opini ditulis dengan huruf Times New Roman 12, spasi 1,5 ukuran A4 dengan panjang 600 - 1000 kata

5) Naskah belum pernah dikirim ke media manapun, dan belum pernah diikutkan lomba apapun.

6) File naskah dilampirkan dengan nama file Guru Menulis_Judul Artikel_Nama Penulis

7) Biodata berbentuk narasi dicantumkan di bawah naskah.

8) Foto diri dengan format jpg dilampirkan secara terpisah

9) Profil penulis dilampirkan di file terpisah yang memuat Nama, Tempat Tanggal Lahir, Alamat, No HP (WA), Pekerjaan, Pengalaman Menulis, dll dengan nama file Profil Penulis.

10) Kirim satu naskah terbaik Anda ke email aguspribadi1978@gmail.com sesuai dengan ketentuan.

11) Pengiriman naskah mulai tanggal 14 Maret 2020 s.d 10 April2020.

12) Akan dipilih 20 naskah terbaik, dan ditambah satu naskah saya untuk dijadikan draf jadi.

13) Pengumuman 20 naskah terpilih akan dilakukan pada 17 April 2020.

14) Masing-masing penulis terpilih akan mendapat 1 eksemplar buku bukti terbit

15) 3 naskah terbaik akan mendapat reward masing-masing Rp. 150.000,- dan voucher penerbitan SIP Publishing senilai Rp. 500.000,-

16) Gratis biaya pendaftaran

17) Draf Antologi artikel opini akan diterbitkan oleh penerbit SIP Publishing.

18) Buku direncanakan akan dilaunching bertepatan dengan Hardiknas 2 Mei 2020.

19) Peserta harus follow instagram @sippublishing dan instagram agus pribadi

20) Selamat Berjuang, menghasilkan karya terbaik, semoga sukses!

Banyumas, 14 Maret 2020
Agus Pribadi

Didukung oleh Penerbit SIP Publishing
Share:

Minggu, 15 Maret 2020

Potensi Bahasa Banyumasan dalam Penulisan Karya Sastra

Potensi Bahasa Banyumasan dalam Penulisan Karya Sastra

(Tinjauan Buku Jalitheng Karya Nasirin L Sukarta)

Oleh Agus Pribadi



Lapisan-lapisan dalam karya sastra

Entah siapa yang bilang, sastra itu seperti kue lapis. Maksudnya, memiliki beberapa lapisan. Lapisan pemaknaan. Pada lapis pertama, kau bisa menganggap karya sastra yang kaubaca sebagai kisah cinta biasa, puisi cinta pada umumnya …  (Pringadi Abdi)

Dalam novel Jalitheng, lapisan pertama cukup jelas, yakni kisah pertemuan Jalitheng dengan beberapa gadis, yakni Dewi dan Janet. Pada buku ini tidak jelas mana yang akan dipilih oleh Jalitheng: Dewi atau Janet?

Kemudian, untuk lapisan-lapisan selanjutnya dari novel ini, tentu nantinya pembaca yang budiman yang akan menemukannya sesuai pembacaannya masing-masing. Misalnya salah satunya adalah filosofi kudi yang bentuknya seperti seorang perempuan yang sedang hamil minus kepala, yang berarti orang hidup harus waspada dan berhati-hati sebagaimana orang yang sedang hamil. Dalam buku itu, tergambar bagaimana Jalitheng menceritakan dengan fasih filosofi kudi saat perkuliahan berlangsung yang membuat seisi ruang kuliah, mahasiswa dan dosennya tertegun takjub mendengar cerita Jalitheng tentang kudi.

 Barangkali itu salah satu lapisannya, dan mungkin masih banyak lapisan lainnya yang bisa diungkap oleh pembaca, misalnya bagaimana kondisi sosial politik waktu itu baik skala lokal maupun nasional; bagaimana keadaan benda dan tempat bersejarah, misalnya sumur mas yang airnya bisa untuk mengobati penyakit stress-nya Dewi; besalen atau bengkel untuk membuat peralatan pertanian yang dilakukan oleh empu/ pande besi; dongeng tentang ikan tambra sisik kuning, dan mungkin hal lainnya yang luput dari pembacaan.

Kekayaan kosa kata

Dalam novel ini, banyak sekali kosa kata yang menunjukkan bahwa bahasa Banyumas tidak kalah ampuhnya dengan bahasa Indonesia, dan bahasa lainnya, jika digunakan untuk menulis karya sastra. Namun, yang cukup memprihatinkan adalah kosa kata yang ada semakin banyak yang lenyap dan tidak digunakan lagi baik oleh orang banyumas sendiri-terutama generasi mudanya, apalagi oleh orang selain banyumas.
Sebagai contoh kosa kata- kosa kata yang cukup unik dan nyentrik dalam novel ini, sediikit diantaranya misalnya:

Luput-luput katuranggane
… Ora preyoga yen nganti kaduken gole kamitenggengen. Sebab agi mangan karo sambel, luput-luput katuranggane bisa keselek metu ncungur apa ora bilai sih.

srunthul
… njuten mbang srunthul ngoyok …

ngecebres
Yu Kar ngecebres ngomong …

Geyanggaman
Geyanggaman turut dalan ngguyu dhewek?”

ubluk
Playuning ubluk sing maring ngulon prenahe sengsaya banter

Latah
… ngguyu latah kepingkel-pingkel …

Kekuatan deskripsi

Penulis novel ini, memiliki kemampuan deskripsi sangat kuat, sebagai missal dalam mendeskripsikan Janet sebagai salah satu tokoh dalam novel ini:
…pundhake nraju mas, tangane nggendhewa pinenthang, drijine mucuk tanjung, bangkekane nawon kemit, bokong manjang ilang, pupune nyuthang walang.
Dalam bagian lain, tidak hanya indra penglihatan, namun indra pembau juga dideskripsikan:
Bocah wadon sing ababe mambu wangi kuwe njur menyat.

Bahasa yang “blakasuta”
Dalam novel ini, ditunjukan bahwa bahasa Banyumas juga bersifat blakasuta atau apa adanya dalam penulisan karya sastra. Namun demikian, bukan berarti terlalu vulgar, melainkan penulis ingin menggambarkan keadaan yang sesungguhnya pada pembaca. Salah satu contoh dalam buku ini adalah:
Malah tau nyong menangi agi ngumbah motor alus nganggo kathok jean cekak pisan ngantek tekan pok pupu.

Utak-atik Kata
Penulis novel ini sangat piawai dalam menyusun dan mengutak-atik kata, contohnya:
Kae tuli dongeng! Adoh tur ngaeng!

Dari hal-hal di atas, yakni: kekuatan kosa kata, kekuatan deskripsi, bahasa yang blakasuta, dan utak-atik kata; saya optimis bahasa Banyumasan memiliki potensi yang sangat besar dalam penulisan karya satra.[]
Banyumas, 14 Maret 2020
Agus Pribadi
Penulis buku cerkak Doresani
Share:

VIDEO PEMBELAJARAN

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA