BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Selasa, 08 November 2016

Wajib Belajar atau Wajib Sekolah?


Oleh Agus Pribadi (Kompasiana, 12 Februari 2012)

Ke depan, program wajib belajar 9 tahun akan ditingkatkan menjadi wajib belajar 12 tahun. Program pemerintah ini perlu kita sambut dengan gembira. Namun demikian, sudahkah wajib belajar 9 tahun benar-benar terealisasi sehingga perlu ditingkatkan menjadi 12 tahun?

Wajib Belajar
Belajar merupakan kegiatan dalam rangka pengembangan diri dalam berbagai aspeknya : kognitif (IQ), afektif (sikap) dan psikomotorik (ketrampilan). Kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan berkesinambungan. Hasilnya akan dirasakan dalam jangka panjang.
Belajar dapat dilakukan di mana saja, di sekolah, dalam keluarga, dan juga dalam masyarakat.  Ketiga elemen tersebut bertanggung jawab dalam memberikan ruang yang kondusif bagi kegiatan belajar.
Seseorang dikatakan melakukan aktivitas belajar, jika ia melakukan kegiatan pengembangan ketiga aspek di atas (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Seseorang yang belajar akan bertambah pintar (Kognitif), bertambah dewasa dengan karakter yang semakin matang (afektif), dan bertambah terampil (psikomotorik). Ketiga kemampuan tersebut dikenal dengan istilah kompeten. Maka kita pernah mengenal kurikulum berbasis kompetensi. Belajar juga tidak sekedar bertambah pintar (IQ)/Kognitif, namun perlu juga dikaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar. Maka kita pernah mengenal Pembelajaran Kontekstual. Belajar juga perlu penguatan sikap dan karakter (afektif), maka sekarang kita mengenal kurikulum berbasis karakter.
Belajar merupakan kegiatan praktik bukan sekedar teori. Sebagus apapun teori yang digunakan jika tidak direalisasikan hanya akan berupa angan-angan kosong semata. Sebagai salah satu contoh sederhana yang terkadang tidak semudah membalikan telapak tangan adalah sikap jujur dalam praktik pengembangan karakter. Sudahkah kita belajar untuk jujur? Atau jujur hanya sebatas teori untuk diketahui saja (kognitif) dengan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik? Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing baik yang berada dalam elemen sekolah, elemen keluarga, dan elemen masyarakat.
Wajib Sekolah
Wajib belajar 9 tahun dan ke depan 12 tahun yang dimaksud merupakan wajib belajar dalam elemen sekolah. Pemerintah mewajibkan putra-putri kita yang memenuhi syarat usia agar belajar di sekolah.
Namun demikian belajar tidak sama dengan sekolah. Orang datang ke sekolah bisa dengan berbagai tujuan, ada yang untuk belajar, ada juga yang sekedar lewat, dan berbagai kegiatan lainnya selain belajar.
Jika kita mengikuti berita yang berkembang, tentu kita bisa menjadi miris. Berbagai kejadian di negeri ini banyak yang menghadirkan carut marut dalam berbagai segi kehidupan. Kejahatan, kekerasan, kemaksiatan, dan hal-hal negatif lainnya. Kebohongan dan kejujuran menjadi hal yang sulit dibedakan. Mana yang jujur dan mana yang bohong menjadi tersamar.
Berbagai kejadian itu dilakukan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Anak-anak berada dalam usia sekolah, sedangkan orang dewasa merupakan hasil dari pembelajaran (pendidikan) di sekolah.
Dari peristiwa di atas dapat dijadikan renungan dan refleksi kita bersama, benarkah anak-anak kita telah belajar? Jika telah belajar tetapi belum optimal, tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama baik elemen sekolah, elemen keluarga, maupun elemen masyarakat. Bukan saling menyalahkan diantara kita, namun perlu kolaborasi yang dilakukan oleh ketiga elemen tersebut.[]


Share:

0 komentar:

VIDEO PEMBELAJARAN

Arsip

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA