Oleh
Agus Pribadi (Kompasiana, 12 Februari 2012)
Ke depan, program wajib
belajar 9 tahun akan ditingkatkan menjadi wajib belajar 12 tahun. Program
pemerintah ini perlu kita sambut dengan gembira. Namun demikian, sudahkah wajib
belajar 9 tahun benar-benar terealisasi sehingga perlu ditingkatkan menjadi 12
tahun?
Wajib Belajar
Belajar merupakan
kegiatan dalam rangka pengembangan diri dalam berbagai aspeknya : kognitif
(IQ), afektif (sikap) dan psikomotorik (ketrampilan). Kegiatan ini dilakukan
dengan sadar dan berkesinambungan. Hasilnya akan dirasakan dalam jangka
panjang.
Belajar dapat dilakukan
di mana saja, di sekolah, dalam keluarga, dan juga dalam masyarakat. Ketiga elemen tersebut bertanggung jawab
dalam memberikan ruang yang kondusif bagi kegiatan belajar.
Seseorang dikatakan
melakukan aktivitas belajar, jika ia melakukan kegiatan pengembangan ketiga
aspek di atas (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Seseorang yang belajar
akan bertambah pintar (Kognitif), bertambah dewasa dengan karakter yang semakin
matang (afektif), dan bertambah terampil (psikomotorik). Ketiga kemampuan tersebut
dikenal dengan istilah kompeten. Maka kita pernah mengenal kurikulum berbasis
kompetensi. Belajar juga tidak sekedar bertambah pintar (IQ)/Kognitif, namun
perlu juga dikaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar. Maka kita pernah
mengenal Pembelajaran Kontekstual. Belajar juga perlu penguatan sikap dan
karakter (afektif), maka sekarang kita mengenal kurikulum berbasis karakter.
Belajar merupakan
kegiatan praktik bukan sekedar teori. Sebagus apapun teori yang digunakan jika
tidak direalisasikan hanya akan berupa angan-angan kosong semata. Sebagai salah
satu contoh sederhana yang terkadang tidak semudah membalikan telapak tangan
adalah sikap jujur dalam praktik pengembangan karakter. Sudahkah kita belajar
untuk jujur? Atau jujur hanya sebatas teori untuk diketahui saja (kognitif)
dengan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik? Jawabannya tentu ada pada
diri kita masing-masing baik yang berada dalam elemen sekolah, elemen keluarga,
dan elemen masyarakat.
Wajib Sekolah
Wajib belajar 9 tahun
dan ke depan 12 tahun yang dimaksud merupakan wajib belajar dalam elemen
sekolah. Pemerintah mewajibkan putra-putri kita yang memenuhi syarat usia agar
belajar di sekolah.
Namun demikian belajar
tidak sama dengan sekolah. Orang datang ke sekolah bisa dengan berbagai tujuan,
ada yang untuk belajar, ada juga yang sekedar lewat, dan berbagai kegiatan
lainnya selain belajar.
Jika kita mengikuti
berita yang berkembang, tentu kita bisa menjadi miris. Berbagai kejadian di
negeri ini banyak yang menghadirkan carut marut dalam berbagai segi kehidupan.
Kejahatan, kekerasan, kemaksiatan, dan hal-hal negatif lainnya. Kebohongan dan
kejujuran menjadi hal yang sulit dibedakan. Mana yang jujur dan mana yang
bohong menjadi tersamar.
Berbagai kejadian itu
dilakukan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Anak-anak berada dalam usia
sekolah, sedangkan orang dewasa merupakan hasil dari pembelajaran (pendidikan)
di sekolah.
Dari peristiwa di atas
dapat dijadikan renungan dan refleksi kita bersama, benarkah anak-anak kita
telah belajar? Jika telah belajar tetapi belum optimal, tentunya menjadi
tanggung jawab kita bersama baik elemen sekolah, elemen keluarga, maupun elemen
masyarakat. Bukan saling menyalahkan diantara kita, namun perlu kolaborasi yang
dilakukan oleh ketiga elemen tersebut.[]
0 komentar:
Posting Komentar