Oleh Agus Pribadi
Jika melihat anak
merengek karena tidak bisa mengerjakan PR dari gurunya di sekolah. Rengekan itu
bertambah keras saat ibunya tidak mampu membantu anaknya. ”
Jika hal di atas terjadi,
maka timbul pertanyaan : Yang sekolah anak atau ibunya? Anak yang sekolah kok
ibunya yang repot.
Ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan keadaan di atas dapat terjadi, diantaranya adalah :
1)
Soal terlalu sulit.
Salah
satu contoh misalnya ada pertanyaan yang menggunakan kata-kata sulit. Dapatkah
siswa SD mengartikan kata “religius”? (=bersifat keagamaan) Jika kata-kata
dalam pertanyaan tidak dimengerti siswa, bagaimana siswa akan dapat menjawab?
2)
Tugas siswa terlalu berat
Jika
siswa diberi tugas terlalu banyak oleh gurunya di sekolah, maka siswa akan
merasakan kejenuhan sehingga tidak berminat lagi mengerjakan PR. Hal itu
menjadikan guru seyogianya memberikan tugas sesuai kemampuan fisik dan
psikologi siswa. Tugas yang banyak belum tentu memberikan manfaat yang banyak pula.
Guru perlu mengetahui berapa beban tugas yang telah dimiliki siswa sebelum
memberi tugas yang baru.
3)
Tenggelam dalam teknologi informasi
Teknologi
informasi telah membuai anak-anak kita. Facebook, blog, twitter, televisi dan lain-lain. Alat bantu tersebut
dapat memberi manfaat yang sangat besar tetapi dapat juga berdampak negatif
yang sangat besar pula. Pergaulan bebas, narkoba, dan seterusnya merupakan
contoh dampak negatif dari penyalahgunaan teknologi informasi.
Perlu adanya kesamaan
persepsi dari kita semua sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia.
Persepsi mengenai pentingnya menjaga karakter, kepribadian, budaya dan jati
diri bangsa Indonesia di tengah gempuran arus globalisasi. Gerakan revitalisasi
karakter bangsa, gerakan budaya dan sastra merupakan sedikit contoh aksi yang
mengokohkan karakter bangsa.
Pertanyaan yang menjadi
judul tulisan ini mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi. Hal itu jika ada
kepedulian kita bersama. []
Banyumas, 27 April 2012
0 komentar:
Posting Komentar