Oleh
Agus Pribadi
Permenpan
No. 84/1993 mewajibkan bagi guru untuk naik pangkat dari IV/a ke atas
dipersyaratkan mengembangkan keprofesiannya dengan membuat karya inovatif.
Salah satunya berupa karya tulis ilmiah dengan bobot nilai angka kredit 12.
Di
Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, dalam kurun tahun 2006 – 2010, tercatat
hanya 6 guru yang naik pangkat dari golongan IV/a ke IV/b dari 6027 guru. Lebih
memprihatinkan lagi, sekitar 6020 guru telah memiliki masa kerja 8-10 tahun dalam pangkat/golongan IV/a
tersebut.
Pengganti
Permenpan No. 84/1993 adalah Permenpan No. 16 Tahun 2009 yang berlaku efektif
mulai 1 Januari 2013. Dalam Permenpan yang baru tersebut, pengembangan profesi
guru yang akan naik pangkat dari III/b ke atas, diwajibkan membuat karya
inovatif yang salah satunya berupa karya tulis ilmiah.
Kondisi
di atas-yang dipaparkan dalam Seminar dan Diskusi Panel tentang Permenpan dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, tanggal 13 Mei 2012 di Purbalingga-
menggambarkan permasalahan yang utama dalam kenaikan pangkat guru adalah
menulis (karya tulis ilmiah). Seakan menulis menjadi momok yang dihindari oleh
para guru. Padahal dengan akan diberlakukannya Permenpan yang baru, tantangan
guru jelas akan semakin sulit. Kemampuan menulis yang baik merupakan salah satu
hal yang dipersyaratkan bagi seorang guru.
Meski
menulis (karya tulis ilmiah) bukan satu-satunya persayaratan utama dalam
kenaikan pangkat guru, tetapi dengan mempunyai kemampuan menulis yang baik akan
banyak membantu guru. Kemampuan menulis akan mempermudah guru dalam karir
kepangkatannya.
Pembaharuan
Permenpan merupakan regulasi yang penting bagi seorang guru. Dengan mengetahui
dan menyadari hal itu, maka diharapkan guru akan semakin mempersiapkan diri
dalam menghadapi regulasi tersebut.
Budaya
Menulis
Meski
gambaran di atas terlihat memprihatinkan bagi guru dalam kemampuan menulisnya,
namun tetap saja ada harapan yang cerah ke depannya. Saat ini, budaya menulis
semakin terlihat meningkat dalam masyarakat kita, termasuk guru. Hal itu
didukung oleh kemajuan teknologi informasi. Sosok guru yang dulu dicitrakan
dengan sosok Umar Bakri, sekarang telah mendekati sosok Umar Kayam.
Umar
Kayam merupakan sosok seorang penulis. Umar Kayam adalah
seorang sosiolog, novelis, cerpenis, dan budayawan juga seorang guru besar di Fakultas
Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(1988-1997-pensiun).
Jika budaya
menulis semakin meningkat di kalangan guru, maka ke depannya akan sangat
mendukung dalam menyambut Permenpan yang baru tersebut. Jika sebelumnya seolah
menjadi momok, maka menulis dapat menjadi hal yang menyenangkan dan selalu
dirindukan.
Pada
awalnya, untuk membudayakan, menulis tidak harus langsung menulis karya ilmiah.
Menulis apa saja yang disukai bisa saja dibiasakan, misal menulis puisi,
cerpen, novel, artikel, berita, catatan harian dan sebagainya. Kebiasaan
menulis dapat dilakukan secara rutin, misal bulanan, mingguan, atau bahkan
harian. Bagi mereka yang sudah terbiasa, menulis harian merupakan hal yang mudah
dilakukan. Jika guru telah memiliki kebiasaan menulis, maka menulis karya
ilmiah pun akan menjadi hal yang semakin mudah untuk dilakukan.
Ruang
menulis bagi guru sangat terbuka lebar di era kecanggihan teknologi sekarang
ini. Jejaring sosial, jurnalisme warga di blog maupun di koran merupakan ruang
yang bisa digunakan oleh guru untuk mengasah kemampuan menulisnya.
Jika ingin
menulis yang lebih serius, maka guru dapat mempublikasikan tulisannya pada
ruang yang lebih formal, misalnya jurnal ilmiah. Action Guru merupakan Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan yang ada di Kabupaten Purbalingga.
Menulis
merupakan aktivitas praktek bukan teori semata. Latihan menulis mulai saat ini
bukanlah hal yang terlambat, bahkan sangat baik. terutama bagi mereka yang
jarang menulis. Tidak ada kata terlambat dalam latihan menulis. Saat ini pun
jika serius berlatih menulis, maka dalam tahun-tahun ke depan guru akan semakin
siap menghadapi Permenpan yang baru.
Dengan kemampuan
menulisnya, guru profesional-yang merupakan nafas dari Permenpan yang baru-
akan tersemat dengan semestinya, bukan sekedar formalitas semu belaka. Di
sinilah pentingnya menulis bagi guru.
0 komentar:
Posting Komentar