Oleh Agus Pribadi
Siswa sekarang berada
di era teknologi informasi. Guru bukan lagi menjadi satu-satunya tempat
bertanya dan rujukan bagi siswa, perannya telah terbagi dengan televisi,
internet, HP dan peralatan teknologi informasi lainnya. Jika demikian, masihkah
siswa menganggap gurunya sebagai guru di sekolah?
Gambar Pixabay.com
Sebagian besar dari
mereka akrab dengan kecanggihan era tersebut. HP, Facebook, twitter, internet,
dan peralatan lainnya telah akrab dalam keseharian mereka di rumah maupun di
sekolah.
Konsekuensi dari
hadirnya era tersebut adalah membanjirnya informasi di masyarakat termasuk juga
anak-anak usia sekolah. Informasi yang ada campur aduk antara yang sesuai nilai
dan norma yang ada di masyarakat maupun yang bertentangan dengannya. Nyaris
tanpa filter. Menurut almarhum Cak Nur (Nur Cholis Madjid), televisi atau
monitor komputer sebagai berkah yang bercampur. Dalam layar televisi atau
monitor komputer dapat dilihat secara bergantian antara hal yang baik dengan
hal yang tidak baik.
Di satu sisi, orang tua
senang dan bangga dengan hadirnya teknologi informasi dan anak-anaknya mampu
menguasainya. Anak-anak dengan fasih menggunakan teknologi informasi untuk
berbagai keperluan dan manfaat. Mereka menggunakannya untuk mencari informasi
berkaitan dengan pelajaran di sekolah, mengerjakan berbagai tugas yang
diberikan gurunya, melatih kemampuan bahasa Inggris, berkomunikasi dengan orang
lain, dan banyak manfaat lainnya.
Di sisi lain, orang tua
cemas dengan dampak negatif dari teknologi informasi. Berbagai kejadian negatif
kerap menimpa anak-anak kita dalam kaitannya dengan teknologi informasi. Seorang
anak yang pergi dari rumah dengan teman jejaring sosialnya kerap terdengar.
Pergaulan bebas tanpa terpantau, pornografi, dan berbagai dampak negatif
lainnya yang bisa timbul dari teknologi informasi tersebut. Bagi orang tua yang
peduli, mereka menginginkan dan mengkampanyekan internet sehat. Hal itu untuk
mencegah dan meminimalisir dampak negatif dari internet.
Internalisasi karakter
siswa
Informasi yang
membanjiri anak-anak kita (usia sekolah) bisa jadi telah masuk ke alam bawah
sadar mereka. Merasuk dan ter-internalisasi dalam diri mereka. Internalisasi
informasi pada diri anak bisa mempengaruhi karakter mereka. Hal itu bekerja
dalam alam bawah sadar. Internalisasi itu akan semakin masif jika datang bertubi-tubi
seperti air bah yang tumpah.
Jika informasi itu
baik, tentu akan mendukung pada terbentuknya karakter anak yang baik pula.
Namun jika informasi itu tidak baik dan bertentangan dengan nilai dan norma
yang telah ada di masyarakat akan mempengaruhi karakter anak. Hal itu membawa
pada kecemasan orang tua dan juga guru di sekolah. Bawah sadar mereka dapat
terpengaruh dengan suguhan-sugahan informasi negatif setiap harinya yang dapat
hadir melalui internet, dan media lainnya.
Guru senantiasa
mengajarkan informasi dan nilai-nilai yang baik pada para siswa di sekolah. Hal
itu disampaikan melalui pelajaran Agama, Kewarganegaraan, Pengetahuan Sosial,
dan pelajaran lainnya. Harapannya ada internalisasi yang akan membentuk
karakter siswa.
Sebelum adanya kemajuan
teknologi informasi, siswa menggantungkan informasinya hampir seluruhnya pada
guru di sekolah. Guru dengan leluasa memasukan nilai-nilai kebaikan agar masuk
ke dalam diri siswa dan membentuk karakternya.
Adanya era teknologi
informasi, guru harus bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk
menyampaikan informasi yang diperlukan siswa. Siswa sekarang merupakan siswa
yang banyak dibanjiri dengan berbagai informasi dari sungai yang bernama
teknologi informasi. Apa yang disampaikan guru di sekolah bisa jadi sebagian atau
seluruhnya di tolak siswa karena dalam pikirannya sudah mempunyai pilihan mana
informasi yang diterima dan ditolak. Padahal bisa jadi informasi yang
dipedomani siswa merupakan informasi tidak baik yang berasal dari sumber lain
selain guru.
Kita tentu berharap,
jawaban atas pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini mengarah pada jawaban
yang positif bukan sebaliknya. Menjadi tugas kita semua, baik guru, orang tua,
dan masyarakat untuk membekali anak-anak kita dengan informasi yang baik sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat kita. Masih ada secercah harapan di
sana.[]
0 komentar:
Posting Komentar