BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Senin, 12 Februari 2024

Kang Limun Terbang ke Langit

 


Kang Limun Terbang ke Langit

Cerpen Agus Pribadi

 

Pagi hari, Kang Limun sudah mematut diri di depan cermin. Ia merasa gagah mengenakan pakaian linmas kebanggaannya. Pakaian yang biasa dikenakannya saat ada acara-acara penting di kampungnya, seperti: pilkades, pertunjukan wayang kulit, resepsi tujuh belasan, dan acara lainnya. Tidak hanya merasa gagah, Kang Limun juga merasa bangga karena hari ini ia akan menjadi petugas keamanan TPS dalam pemilu tahun 2019, bersama Kang Dimin. Ia bertugas di pintu masuk, sementara Kang Dimin bertugas di pintu keluar.

Tidak hanya dirinya, Yu Surti yang sedari tadi mengamati Kang Limun mematut diri di depan cermin juga merasa bangga melihat suaminya begitu gagah dengan seragam linmasnya.

“Semangat sekali kamu hari ini, Kang?” tanya Yu Surti.

“Harus dong. Ini kan kesempatanku ikut berpartisipasi sekecil apapun untuk bangsa dan negara tercinta ini,” jawab Kang Limun sambil membetulkan ikat pinggangnya.

Yu Surti manggut-manggut. Hari ini ia melihat suaminya tampak begitu gagah. Dua puluh lima tahun pernikahan dan dikaruniai seorang anak lelaki dan dua orang cucu dari anaknya itu, baru kali ini ia melihat suaminya dengan perasaan bangga dan penuh cinta. Hatinya semakin bombong karena suaminya berjanji akan memberikan semua honor menjadi petugas keamanan kali ini untuknya.

“Aku berangkat dulu ya,” ucap Kang Limun sambil mengecup kening istrinya, sebuah sikap romantis yang jarang dilakukannya.

Kang Limun melangkah gontai meninggalkan rumah menuju ke TPS yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya. Yu Surti hanya bisa melihat kepergian suaminya dari depan pintu rumah. Ia melihat pujaan hatinya itu seperti gatotkaca yang sedang berjalan.

Yu Surti teringat dulu semasa mudanya, Kang Limun adalah jagoan kampungnya. Jika ada keributan di kampung, Kang Limun mampu mengatasinya. Ia terbayang dulu saat pulang dari mengikuti pengajuan di Masjid ujung desa. Saat berjalan sendiri, ia dihadang oleh tiga orang pemuda mabuk. Ia berteriak minta tolong. Kebetulan Kang Limun yang waktu itu masih bujangan lewat. Ketiga pemuda itu lari terbirit-birit karena tahu siapa pemuda yang dihadapi mereka. Hati Yu Surti pun luluh saat Kang Limun melamarnya. Gadis mana yang tak luluh pada pemuda segagah Gatotkaca.

Sesampai di TPS, Kang Limun bersiap mengikuti acara pengambilan sumpah oleh ketua KPPS. Delapan orang tampil ke depan. Enam anggota KPPS, dua petugas keamanan. Sebelum pengambilan sumpah, semua yang hadir berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kang Limun merasa bangga, ada embun yang siap jatuh di pelupuk matanya.

Pukul 07.30 acara pemungutan suara dimulai. Dengan semangat Kang Limun membantu menertibkan pemilih yang antri di meja pendaftaran dan menunggu bilik suara kosong. Sampai pukul satu siang, Kang Limun nyaris tidak beristirahat mengamankan keadaan. Selama itu, para pemilih silih berganti keluar masuk bilik suara. Di dalam bilik suara para pemilih membutuhkan waktu beberapa saat karena harus mencoblos lima surat suara.

Saat istirahat siang, Kang Limun menuju ke musala di dekat TPS untuk salat Zuhur. Usai salat, ia berdoa semoga ia bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Pukul 13.30 acara dilanjutkan dengan penghitungan surat suara. Kang Limun membantu mempersiapkan tempat, papan informasi, dan peralatan lainnya.

Penghitungan surat suara berjalan lancar namun agak pelan. Surat suara harus diteliti dengan cermat agar ketahuan di bagian mana bekas coblosan berada untuk menentukan sah tidaknya surat suara.

Tak terasa waktu sudah sore. Penghitungan surat suara baru selesai dua kotak suara, menyisakan tiga kotak suara. Acara akan dilanjutkan bakda Magrib. Kang Limun kembali menuju ke musala untuk shalat Ashar dan menunggu waktu shalat Maghrib.  Tubuh Kang Limin tampak letih, namun ia bertekad akan bertugas sampai selesai.

Sebenarnya Kang Limun terbiasa berjalan jauh saat mengamen bersama Cowet keponakannya yang tuna netra namun memiliki suara yang sangat merdu. Kang Limun biasa menyusuri jalan-jalan di berbagai tempat sejauh berkilo-kilo meter. Suara merdu Cowet dipadukan dengan ketipung Kang Limun menghasilkan lagu dan irama yang menghanyutkan pendengarnya. Cowet terbiasa menyanyikan lagu-lagu sendu, sesuai dengan kisah pilu hidupnya. Ia seorang gadis yatim piatu yang ditinggal mati kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan bus.

Namun entah hari ini, Kang Limun merasa tubuhnya begitu lelah. Mungkin karena usianya yang sudah tidak muda lagi. Mungkin juga karena dua hari sebelumnya ia mengamen begitu jauh di luar kampungnya sehingga sisa lelah dan lelah hari ini berpadu dan berpilin menjadi satu jalin menjalin.

Pukul 18.30 acara penghitungan surat suara dilanjutkan kembali. Kang Limun membantu apa yang perlu dibantunya. Pukul 21.00 acara penghitungan surat suara dihentikan sebentar untuk beristirahat. Kang Limun menuju ke musala untuk salat Isya. Tubuhnya semakin lelah, namun sekuat tenaga ia kembali menuju ke TPS.

Pukul 21.30 acara penghitungan surat suara dilanjutkan kembali. Petugas KPPS, petugas keamanan, para saksi, pengawas, dan warga yang hadir fokus pada surat suara yang sedang diteliti keabsahannya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 tengah malam. Penghitungan surat suara menyisakan satu kotak suara. Tubuh Kang Limun menggigil di pojok ruang TPS. Udara jelang dini hari seperti menusuk tulang-tulangnya. Ia bertahan, dan tidak mengeluh pada siapapun. Ia berusaha untuk tetap tegar. Orang-orang masih fokus dengan penghitungan surat suara. Mereka memiliki rasa tanggungjawab yang sangat besar karena menyangkut nasib bangsa lima tahun ke depan.

Tepat ketika penghitungan surat suara selesai, Kang Limun tak sadarkan diri. Ia seperti bermimpi terbang ke langit. Di bawahnya, ia melihat istri dan anak cucunya melambaikan tangan ke arahnya. Ia juga melambaikan tangan ke arah mereka. Kang Limun terbang semakin tinggi. Entah ke mana ia akan pergi.[]

Banyumas, 28 April 2019

Agus Pribadi lahir di Purbalingga, 10 Mei 1978. Kini ia bermukim di Banyumas. Buku kumpulan cerpen terbarunya berjudul “Unggas-Unggas Bersayap Putih” (2018).

 

Cerpen ini tersiar di  Radar Banyumas, 5 Mei 2019 

 


 

Share:

Minggu, 11 Februari 2024

Guru dan Menulis dalam Pancaroba Pengembangan Kompetensi Guru

 

pixabay

Oleh Agus Pribadi

Hadirnya berbagai peraturan (Permen PAN RB no 1 tahun 2023 tentang jabatan fungsional; Per BKN no 3 tahun 2023 tentang Angka Kredit, Kenaikan Pangkat dan Jenjang Jabatan Fungsional; Per Dirjen GTK no 7607/B.B1/HK.03 2023 tentang Juknis tentang Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah) telah membawa arah baru bagi pengembangan kompetensi guru-sebelumnya bernama pengembangan profesi, khususnya bagi guru PNS kaitannya dengan kenaikan jenjang jabatan fungsional dan kenaikan pangkat berdasarkan angka kredit.

Sebelumnya guru harus mengajukan DUPAK (Daftar Usul Penetapan Angka Kredit)-dengan segala lampirannya berkait dengan pengembangan profesi termasuk pengembangan literasi yang kental seperti penulisan buku, penulsian artikel ilmiah populer, penulisan PTK, dan yang lainnya- terlebih dahulu untuk penilaian angka kredit. Saat ini dengan aturan yang baru guru tidak lagi mengajukan DUPAK dengan segala lampirannya itu, melainkan melalui jalur yang lebih simpel- SKP dibuat melalui PMM (Platform Merdek Mengajar) yang terintegrasi dengan E Kinerja BKN. Pengembangan kompetensi salah satunya lebih membuka pada pemanfaatan PMM guna mencapai pembelajaran di kelas yang lebih baik, bersamaan dengan capaian rapor pendidikan yang lebih baik, diantaranya: Seminar/ webinar, praktik baik, pelatihan mandiri PMM, Pelatihan/bimtek, penggerak komunitas daring, dan lain-lain.

Apa kabar Literasi?

Salah satu indikator geliat literasi yang terlihat pada saat berlaku aturan sebelumnya, adalah menggeliatnya dunia tulis menulis di kalangan guru: penulisan buku puisi, penulisan buku cerpen, penulisan buku novel. Penulisan artikel ilmiah populer, artikel jurnal ilmiah, PTK (Penelitian Tindakan Kelas), dan lain-lain. Saat ini dimana telah bergantu aturan dalam Penilaian Kinerja Guru dimana poin-poin yang mendapat nilai Angka Kredit telah berubah, bagaimana kabar geliat literasi seperti penulis sebutkan di atas?

Pengalaman penulis sendiri, saat awal-awal diberlakukan aturan sebelumnya, penulis kebetulan sedang belajar menulis cerpen, puisi, artikel, dan tulisan lainnya. Ketika penulis memiliki buku kumpulan cerpen, penulis baru menyadari setelah buku itu terbit kalau buku itu dapat dinilaikan sebagai karya inovatif guru bidang seni sastra. Sebelum adanya aturan baru pun kebetulan penulis sudah mencoba pelatihan mandiri di PMM dan telah mendapatkan 9 sertifikat dari kegiatan tersebut, dan penulis tidak mengira kalau hal itu akan menjadi salah satu yang dipertimbangkan dalam Penilaian Kinerja Guru saat ini.

Mari Terus Menulis

Menurut penulis, menulis bukan hanya untuk satu tujuan tertentu saja, misalnya dalam penilaian angka kredit dalam aturan sebelumnya. Menulis bisa untuk terapi diri mengungkapkan isi hati, dan menjadikan pikiran dan emosi lebih tertata. Menulis juga menciptakan sejarah, dengan menulis jejak kita akan tetap ada meski kita sudah tiada. Menulis juga bisa memberi manfaat pada orang lain misalnya berupa inspirasi, atau menghibur. Juga manfaat menulis lainnya yang dapat dipetik dari kegiatan menulis.

Di kalangan guru, sudah terkenal kalimay yang berbunyi: tulisan apa yang kamu lakukan, dan lakukan apa yang kamu tulis. Hal itu dapat diterapkan misalnya dalam membuat rencana pembelajaran/ modul ajar, dan praktik pembelajaran di kelas berdasarkan modul ajar itu.

Guru dan menulis dapat menjadi dua sisi mata uang yang dapat terus berjalan, dalam rangka mendukung kariernya sebagai seorang guru, dan juga sebagai manusia yang memiliki kemerdekaan berpikir dan mengajukan gagasan. Mari terus menulis, Bapak Ibu Guru Hebat! (*)

Banyumas, 11 Februari 2024

Agus Pribadi, Guru Penggerak Angkatan 8 Kab. Purbalingga, pernah menjadi penulis curhatan.

Share:

Sabtu, 23 September 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 

pixabay.com


KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Oleh Agus Pribadi


“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Bob Talbert)

Guru merupakan teladan bagi murid di sekolah. Apa yang dilakukan guru akan ditiru oleh murid. Termasuk juga dalam hal menemukan dan mempedomani nilai-nilai kebajikan sebagai sesuatu yang berharga dan utama dalam hidup dan kehidupan manusia.. Guru hendaknya mampu menemukan dan mempedomani nilai-nilaki kebajikan itu sebagai dasar pengambilan keputusan. Bukan kepentingan pribadi yang ditonjolkan. Tidak hanya murid yang akan meneladani guru yang demikian, tetapi juga masyarakat sekitar. Pada gilirannya guru akan menjadi agen perubahan sosial bagi murid, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Apa yang diputuskan oleh seorang pemimpin akan dituruti oleh semua yang ada di lingkungan itu. Betapa pentingnya seorang pemimpin mempedomani nilai-nilai kebajikan universal agar lingkungan yang terbentuk pun menjadi lingkungan yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai tersebut.

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran hendaknya merupakan keputusan yang mempertimbangkan keberpihakannya pada murid sehingga hasilnya tidak mengorbankan murid, bahkan membawa murid ke arah yang lebih baik.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu dan keterampilan, pendidikan juga memberikan nilai-nilai kebajikan dalam rangka pembentukan karakter murid. Oleh karena itu sekolah dikenal sebagai institusi moral, tempat bersemainya manusia-manusia yang mengembangkan nilai-nilai moral.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang). Guru sebagai seorang pemimpin yang seringkali harus mengambil sebuah keputusan, hendaknya memberikan keberpihakannya kepada murid di manapun berada baik di depan, tengah, dan belakang.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang (Nilai-Nilai Kebajikan Universal) berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang akan mengambil keputusan. Nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kasih sayang, kemanusiaan, keimanan, dan lain-lain perlu dimiliki seorang pendidik agar setiap keputusan yang diambil juga berlandaskan nilai-nilai tersebut.


3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching. Pengambilan keputusan memperhatikan 4 paradigma: 1) individu lawan kelompok 2) rasa keadilan lawan rasa kasihan 3) kebenaran lawan kesetiaan 4) jangka pendek lawan jangka panjang. Pengambilan keputusan memperhatikan 3 prinsip: 1) prinsip berpikir berbasis rasa peduli 2) prinsip berbasis peraturan 3) prinsip berpikir berbasis hasil akhir. Pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah: 

Berikut langkah-langkah yang bisa ditempuh sebelum Guru Penggerak menentukan keputusan. 

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tertentu 

Dalam menentukan keputusan terkadang ada sesuatu yang harus dikorbankan, dalam situasi tertentu. 

  1. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut 

Sebelum mengambil suatu keputusan, pertimbangkan karakter semua orang yang terlibat. 

  1. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut 

Fakta-fakta terkait situasi tertentu harus menjadi pertimbangan juga dalam pengambilan keputusan. 

  1. Pengujian benar atau salah 

Pengujian yang dilakukan bisa berupa uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, dan uji panutan. Jika hal ini sudah dilakukan, anda bisa memiliki referensi dan cara pandang lebih luas dalam mengambil keputusan 

  1. Pengujian paradigma benar dan benar 

Terkadang dalam suatu kondisi tertentu terdapat pilihan keputusan yang sama-sama dianggap benar. Untuk memilih lakukan pengujian sehingga Anda bisa menitikberatkan kepada salah satu. 

  1. Melakukan prinsip resolusi 

Menerapkan 3 prinsip, yakni End based thinking, Rule based thinking, Care based thinking dalam pengambilan keputusan. Kalau memungkinkan ambil ketiganya tetapi jika tidak, cukup salah satu atau dua. 

  1. Investigasi Opsi Trilema 

Investigasi Opsi Trilema yaitu solusi lain yang tak terduga. Sebelum membuat keputusan, refleksikan diri sendiri terhadap keputusan yang diambil. 

  1. Buat keputusan 

Setelah langkah-langkah di atas sudah selesai, buat keputusan yang bulat. 

  1. Lihat lagi keputusan itu, lalu refleksikan 

Setelah ada sebuah keputusan, Anda tidak serta-merta selesai begitu saja tugasnya. Tinjau dan lihat impak dari keputusan itu, refleksikan, dan diskusikan dengan pihak yang berkaitan.

Empat parafigma, 3 prinsip, dan  9 langkah dalam pengambilan keputusan menggambarkan sebuah kieputusan harus dilakukan dengan pertimbangan yang baik. Hal itu sebagaimana melakukan coaching, seorang coach harus mampu membantu coachee dalam mengambil keputusan terhadap pemecahan masalah yang sedang dihadapinya terkait dengan apa yang menjadi tujuan coachee.


4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan mengengola dan menyadari Aspek sosial emosional diperlukan guru dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran pada saat pengambilan keputusan. Rasa simpati dan empati serta keberpihakannya pada murid menjadi sebuah keniscayaan dalam pengambilan keputusan dilema etika.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik yang dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka seharusnya keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan.

 Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang diambil akan berdampak pada implementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah di mana keputusan itu diambil. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Pada gilirannya terbentuk sekolah yang menyenangkan dan berpihak pada murid.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.  Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Sebuah keputusan harus diambil dan direfleksikan serta dievaluasi sesuadahnya.

Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilema etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak yang berkepentingan. Namun saya akan memutuskan yang paling banyak manfaatnya bagi kepentingan murid dan juga warga sekolah.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid-murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat  dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita. Ibarat suatu bibit, murid akan tumbuh dan bersemai dengan maksimal di ladang yang subur.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.

Bagaimana mereka mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

Selain itu, keputusan yang diambil hendaknya berpihak pada perbaikan masa depan murid-murid, bukan yang sebaliknya menutup-nutupi murid tetapi membiarkan masa depannya tidak menentu, misalnya.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid, serta menjadi kondusifitas sekolah sebagai institusi moral.


11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekuensinya. Apapun yang diambil itu adalah hal yang terbaik jika dibandingkan tidak mau mengambil keputusan.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil  keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan satu atau dua pertimbangan sederhana. Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada. Dengan modul ini, saya banyak belajar bagaimana guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilema etika yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi.  Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid dan kepentingan yang lebih besar dan lebih banyak.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 sangat penting, karena dimanapun dan sebagai apapun peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab. 

Sebagai pemimpin pembelajaran, dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan  3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Hal itu akan mewujudkan merdeka belajar dan merdeka mengajar menjadi semakin nyata.


Referensi:

https://tirto.id/4-paradigma-3-prinsip-dan-9-langkah-pengambilan-keputusan-guru-gLmS

https://smkn2depoksleman.sch.id/utama/koneksi-antar-materi-modul-3-1-pengambilan-keputusan-berbasis-nilai-nilai-kebajikan-sebagai-pemimpin/


Share:

Minggu, 25 Juli 2021

Perempuan Rekaan Agus Pribadi

 


Oleh Mufti Wibowo

 

Judul        : Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan

Genre       : Kumpulan Cerpen

Penulis     : Agus Pribadi

Cetakan.  : pertama, 2021

Tebal        : vi + 94

Penerbit  : SIP

ISBN        : 978-623-337-117-9

 

Umar Kayam mengenalkan pada saya pada tokoh rekaannya, Sri Sumarah, sebagaimana Pram mengenalkan Nyai Ontosoroh. Kedua tokoh itu meninggalkan kesan mendalam bagi saya hingga bertahun-tahun setelah membacanya, sebagaimana tokoh rekaan Eka Kurniawan, Dewi Ayu.

 

Belum lama setelah bergumul dengan Simone de Beauvoir melalui karya monumentalnya, Second Sex, saya berkesempatan membaca kumpulan cerpen Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan karya Agus Pribadi. Tentu saja saya tidak bermaksud untuk mebandingkan keduanya. Setidaknya, saya merasa mendapat privilese untuk meminjam sudut pandang “feminis” untuk mengomentari, secara khusus, tokoh-tokoh perempuan rekaan Agus Pribadi dalam buku terbarunya yang setebal 94 halaman.

 

Kesan pertama dalam benak saya saat melihat perwajahan buku dengan pemilihan tema yang murung adalah penonjolan kata lelaki dan gadis (perempuan). Dua kata yang kerap “dihadap-hadapkan” dalam konstruksi yang khas pada hampir semua budaya. Sedikitnya, terdapat lima belas tokoh perempuan dalam Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan, dan semuanya adalah tokoh sentral dalam setiap cerita.

 

Ibu (perempuan) yang muncul dalam setiap cepen Agus adalah sosok yang keramat. Pandangan ini bisa dilacak dari latar mistisme Jawa atau Islam, sebagaimana latar belakang penulis. Meski sosok ibu disebut tidak boleh dibantah oleh anak-anaknya, Ibu bukan dalam posisi pemegang otoritas. Itu yang tampak pada relasi tokoh aku dan ibu pada cerpen “Catatan Ibu” dan “Ibu dan Gaji Pensiunnya”.

 

Dengan uraian itu, saya ingin mengatakan bahwa tokoh aku sebagai anak laki-laki yang mengeramatkan sosok ibu justru berperan sebagai pemegang otoritas itu. Aku merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada ibunya, termasuk keselamatannya. Dengan begitu pula, tak berlebihan jika saya mengajukan kalimat tesis berikut: apakah tokoh aku adalah subaltern dari Agus Pribadi sebagai pengarang (laki-laki) untuk mengintervensi otonomi teks?

 

Agus juga memproyeksikan sosok perempuan dalam relasi organiknya dengan laki-laki. Hubungan organik itu terbaca sedikitnya pada cerpen “Gadis Anggrek”, “Empat Bulan di Malam Purnama”, “Ayu dan Ayahnya” dan “Kota Tua”. Pada keempat cerpen tersebut, tokoh-tokoh perempuannya diceritakan dalam sudut pandang lelaki, sebagai pasangan kekasih atau suami-istri. Secara stereotip, tokoh perempuan digambarkan sebagai subjek yang tidak utuh, gegar karena patah hati yang traumatis. Hal itu dipertentangkan dengan hubungan organik ideal yang harmoni. Namun demikian, kesan glorifikasi terhadap kultur paternal yang memosisikan perempuan sebagai pihak yang pasif dalam upaya mencapai “harmoni” itu adalah sesuatu yang layak digugat oleh pembaca.

 

Terakhir, saya menggarisbawahi tokoh perempuan rekaan Agus dalam cerpen “Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Sungai”. Satu-satunya cerpen dalam buku ini yang pernah terpublikasi di media, Radar Banyumas, ini menggambarkan sosok gaib atau misterius dalam citra wadak perempuan. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apa dasar Agus memilik citra visual “gadis”? Apakah akan mengubah alur dan kekohesian cerita jika sosok “gadis” diganti dengan sosok lain, misal “perjaka”? Atau, menggantinya dengan figur netral yang tak bias gender “dia”?

 

Alih-alih mendeskripsikan kausalitas hubungan sosok “gadis” dengan “lelaki”, kecuali pada dua paragraf yang mengesankan penutup yang gegabah, narator hanya sibuk menarasikan lelaki penjaring ikan. Dengan begitu, pembaca layak mencurigai motif di balik Agus menghadirkan tokoh “gadis” misterius—memararelkannya dengan kode-kode budaya yang bercampur mitos di luar teks—yang memosisikan perempuan sebagai subjek yang inferior secara fisik dan didominasi emosi sekaligus lemah secara rasio—sebagai metafora dari misteri atau sesuatu yang “tidak terdefinisi”.

 

Pembaca bisa mendekati teks dengan berbagai cara dan sudut pandang. Saya, yang hidup di Indonesia—sebagaimana Agus Pribadi—dapat membandingkan sosok tabu atau misteri yang dicitravisualkan sebagai perempuan jauh lebih dominan dari pada laki-laki. Pembaca dapat menemukan faktanya pada film-film nasional bergenre horor.

 

Tentu kita mafhum dengan sebuah frasa ampuh berbunyi karya sastra (sebagai cabang seni) tidak lahir dari ruang kosong budaya. Sebagaimana karya sastra yang dibidani Agus, dia adalah bagian dari dunianya yang mewedarkan nilai-nilai budaya yang hidup di luar teks. Dan, normal saja ketika nilai-nilai atau sesuatu yang di luar teks merembas ke tubuh teks.

 

Yang mesti dibedakan untuk menentukan keberhasilan atau kegagalannya adalah menguji apakah rembasan itu hadir sebagai kesadaran penulis atau rembasan yang muncul tanpa rencana. Dalam kerja kreatif, yang sesungguhnya sangat teknis-mekanis, sesuatu yang tanpa rencana itu adalah kebocoran yang mesti diminimalisasi. Tabik.

 

* Mufti Wibowo penulis prosa dan editor lepas kelahiran Purbalingga.

Sumber tulisan:

https://maarifnujateng.or.id/2021/07/perempuan-rekaan-agus-pribadi/

 

Share:

Kamis, 01 Juli 2021

Ikuti Kelas Novel Angkatan 2 Bersama Agus Pribadi

 


Dewasa ini merebak penerbitan buku kumpulan cerpen baik karya bersama (antologi) maupun karya perorangan seperti jamur di musim penghujan. Namun demikian, penerbitan novel sepertinya tidak sebanyak buku kumpulan cerpen. Hal ini kemungkinan karena menulis novel membutuhkan konsistensi dan ketekunan agar dapat mencapai panjang tulisan sebagaimana layaknya sebuah novel: 7.500-17.500 kata (novelet), 17.500-40.000 kata (novela), 40.000-100.000 kata (novel), lebih dari 100.000 kata (novel epik).

Tidak hanya harus mencapai panjang tulisan tertentu, sebuah novel tentunya memiliki alur/plotnya tersendiri yang berdiri sendiri, bukan sebuah cerpen yang dipanjang-panjangkan. Sebuah novel ada pendahuluan, isi, dan penutup. Proporsi ketiganya tentunya harus seimbang. Tokoh utama harus membawa misi yang berat dengan segala konsekuensinya yang tidak mudah untuk selanjutnya mengalami perubahan nasib tertentu apakah sukses atau gagal. Tidak hanya seperti itu, tokoh cerita beserta alur/plot yang dibangun pun haruslah yang mengundang simpati dan empati pembaca agar pembaca betah menikmati dari lembar awal sampai lembar akhir novel dan menutup novel dengan mata berbinar-binar.

Tidak mudah memang menulis novel yang semacam itu. Namun demikian, bukan berarti tidak bisa dipelajari dan dilatih. Novelis sekaliber Ahmad Tohari pun tidak lepas dari kritikan pada novel yang ditulisnya, tetapi beliau tidak patah semangat, bahkan membuktikan kualitas tulisannya dengan menuliskan novel karya maestro Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk.

Sebagai salah satu ikhtiar untuk bisa menulis novel, “Kelas Menulis Novel Angkatan 2 Via WhatsApp Grup Bersama Agus Pribadi” mencoba hadir. Kelas ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengembangkan ketekunan dan keuletan dalam menulis novel. Selama satu tahun, mereka akan didampingi untuk berusaha menghasilkan sebuah karya novel. Jadi, kelas ini merupakan kelas praktik, bukan kelas teori yang hanya menyajikan materi penulisan novel.

Bagi yang berminat bisa mengikuti ketentuan pada poster. Pendaftaran masih dibuka sampai tanggal 9 Juli 2021 dengan biaya cukup terjangkau.

Banyumas,  2 Juli 2021

Salam Literasi,

Agus Pribadi

Share:

Kamis, 10 Juni 2021

Mengenal Lebih Dekat: Agus Pribadi

 


Agus Pribadi lahir di Purbalingga, 10 Mei 1978. Ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun 2002.

Riwayat pekerjaannya lebih banyak di dunia pendidikan : Guru SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto (2003-2004), Guru SMP Negeri 1 Kembaran (2005-2008), Guru SMP Negeri 4 Rembang Purbalingga (2009-2011), Guru SMP Negeri 5 Mrebet Purbalingga (2011- sekarang).

Di sela-sela kesibukan sebagai guru IPA SMP, ia juga aktif di beberapa organisasi, misalnya : Pengurus MGMP IPA SMP Kabupaten Purbalingga, Koordinator Komunitas Menulis Penamas (Penulis Muda Banyumas), Pengelola Media Online Sastra Teplok.id

Pelatihan menulis yang pernah diikuti diantaranya:

1)      Kelas cerpen Kompas 2018

2)      Beberapa kelas menulis online A.S. Laksana (2020)

3)      Workshop Menulis Novel Han Gagas (2020)

4)      Kelas Menulis Padmedia Batch 4

Buku prosa karya tunggalnya yang telah terbit diantaranya:

1)      Kumcer Gadis Berkepala Gundul (2014)

2)      Kumpulan Cerkak Doresani (2018)

3)      Kumcer Unggas-Unggas Bersayap Putih (2018)

4)      Novel Sihir Sayap Ular (2019)

5)      Kumcer Hadiah Istimewa untuk Ibu (2020)

6)      Kumcer Lelaki Penjaring Ikan dan Gadis di Tepi Hutan (2021)

Buku Tips Menulis yang telah terbit diantaranya:

1)      27 Kiat Menulis Cerita Pendek (2015)

2)      36 Rahasia Bisa Menulis (2017)

3)      6 Langkah 6 Jam Bisa Menulis Cerpen (2019)

4)      Pernak Pernik Menulis Cerita Pendek (E-Book, 2021)

Buku Lainnya  yang telah terbit diantaranya:

1)      Guru Forever, Cerita Inspiratif Seorang Guru (2019)

2)      Belajar Budi Daya Jamur Tiram di Sekolah (2020)

Pengalaman Menjadi Juri Lomba Cerpen:

1.      Juri Lomba Cerpen Pelajar (FLS2N) Kab. Purbalingga 2017

2.      Juri Lomba Cerpen Umum Satria Indra Prasta Publishing (SIP Publishing) 2020

3.      Juri Lomba Cerpen Umum Satria Indra Prasta Publishing (SIP Publishing) 2021

 

Cerpen-cerpennya juga terhimpun dalam berbagai buku antologi bersama, diantaranya: Buku Kelas Cerpen Kompas 2018; Buku Cerpen Pilihan Pandemi #ProsaDiRumahAja Indonesia Kaya (2020), dan lain-lain.

Cerpen-cerpennya terpercik di Kompas.id, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Tabloid Cempaka, Tabloid Minggu Pagi, Satelitpost, Kompas.com, majalah Ancas Kalawerta Penginyongan, dan lain-lain.

Prestasi menulisnya di antaranya: 1) Pemenang III Lomba KTI HUT PGRI ke-67 Kabupaten Purbalingga Tahun 2012, 2) Juara I  Lomba Membuat Blog Katagori Guru SMP HUT ke-71 PGRI Kabupaten Purbalingga Tahun 2016, 3) Pemenang Harapan Sayembara Penulisan Cerita Bermuatan Lokal bagi Guru Balai Bahasa Jawa Tengah (2020), 4) Nomine Lomba Menulis Cerpen Kategori Umum Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto 2020

Pemenang Harapan Sayembara Penulisan Cerita Bermuatan Lokal bagi Guru Balai Bahasa Jawa Tengah (2020)


 

Share:

VIDEO PEMBELAJARAN

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA