Lokalitas menjadi salah satu tema yang dapat diusung seorang cerpenis.
Lokalitas yang dimaksud tidak hanya merujuk pada daerah dan budaya, tapi
bisa hal lainnya. Secara bebas saya mengartikan lokalitas berkaitan
dengan kemampuan cerpenis untuk menyuguhkan suatu hal dalam cerpennya,
dan hal itu akrab dengan pembacanya. Keakraban pembaca dengan suatu hal
yang disuguhkan seorang cerpenis, tidak lepas dari kemampuan sang
cerpenis untuk mengolah ceritanya secara mendetail.
Lokalitas yang sering disuguhkan dalam sebuah cerpen berkaitan dengan
sosial budaya suatu daerah. Memang tema ini bisa menjadi sangat menarik
di tengah suasana global sekarang ini. Membaca cerpen bernuansa
lokalitas sosial budaya suatu daerah seperti menemukan identitas atau
jati diri suatu masyarakat di daerah tertentu.
Indonesia mempunyai keanekaragaman dalam banyak hal, termasuk sosial
budaya daerah-daerah yang ada di Indonesia. Memperkenalkan sosial budaya
suatu daerah melalui sebuah cerpen akan memperkaya dan memperkuat
khasanah budaya nasional. Jati diri bangsa Indonesia yang terdiri dari
beraneka macam budaya akan semakin dikenal secara lokal, nasional,
maupun global.
Berbagai ciri atau penanda sebuah cerpen bertema lokalitas sosial budaya
diantaranya dapat dilihat dari gaya tutur, latar tempat, nama panggilan
seseorang, benda-benda, adat istiadat, dan sebagainya. Nuansa Melayu
merupakan salah satu tema lokalitas sosial budaya yang kerap muncul pada
sebuah cerpen. Cerpen bertema jenis ini menjadi suguhan yang enak
dinikmati baik gaya tutur, konflik yang dibangun, latar tempat, dan
hal-hal lainnya.
Selain Melayu, banyak juga cerpen-cerpen yang menyuguhkan lokalitas
sosial budaya daerah-daerah lain. Semuanya mempunyai daya tariknya
sendiri-sendiri. Sebenarnya jika digali lebih dalam lagi, masih banyak
tersimpan cerita-cerita yang menarik yang bersumber dari sebuah
lokalitas, termasuk lokalitas sosial budaya suatu daerah. Hal itu
seperti mutiara yang masih terpendam dan akan berkilau jika digali dan
ditemukan.
Cerita-cerita di sekitar tempat tinggal, meskipun sederhana bisa diolah
secara mendetail menjadi sebuah cerpen yang bernuansa lokalitas. Sebuah
cerpen tidak harus mengusung tema yang berat-berat, hal sederhana pun
bisa menjadi suguhan yang memikat.
Salam Kompasiana!
Banyumas, 23 Oktober 2012
(Diposting di Kompasiana, 23 Oktober 2012)
Segelas Kopi Pahit di Pagi Ini
-
Segelas Kopi Pahit di Pagi Ini
Pada segelas kopi pahit
hari ini kularutkan motivasi, keinginan dan harapan
Terteguk
Kok nyangkut di tenggorokan
Keselek
Kopi...
0 komentar:
Posting Komentar