Ke depan, program wajib belajar 9 tahun akan ditingkatkan menjadi wajib
belajar 12 tahun. Program pemerintah ini perlu kita sambut dengan
gembira. Namun demikian, sudahkah wajib belajar 9 tahun benar-benar
terealisasi sehingga perlu ditingkatkan menjadi 12 tahun?
Wajib Belajar
Belajar merupakan kegiatan dalam rangka pengembangan diri dalam
berbagai aspeknya : kognitif (IQ), afektif (sikap) dan psikomotorik
(ketrampilan). Kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan berkesinambungan.
Hasilnya akan dirasakan dalam jangka panjang.
Belajar dapat dilakukan di mana saja, di sekolah, dalam keluarga, dan
juga dalam masyarakat. Ketiga elemen tersebut bertanggung jawab dalam
memberikan ruang yang kondusif bagi kegiatan belajar.
Seseorang dikatakan melakukan aktivitas belajar, jika ia melakukan
kegiatan pengembangan ketiga aspek di atas (kognitif, afektif, dan
psikomotorik). Seseorang yang belajar akan bertambah pintar (Kognitif),
bertambah dewasa dengan karakter yang semakin matang (afektif), dan
bertambah terampil (psikomotorik). Ketiga kemampuan tersebut dikenal
dengan istilah kompeten. Maka kita pernah mengenal kurikulum berbasis
kompetensi. Belajar juga tidak sekedar bertambah pintar (IQ)/Kognitif,
namun perlu juga dikaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar. Maka kita
pernah mengenal Pembelajaran Kontekstual. Belajar juga perlu penguatan
sikap dan karakter (afektif), maka sekarang kita mengenal kurikulum
berbasis karakter.
Belajar merupakan kegiatan praktik bukan sekedar teori. Sebagus apapun
teori yang digunakan jika tidak direalisasikan hanya akan berupa
angan-angan kosong semata. Sebagai salah satu contoh sederhana yang
terkadang tidak semudah membalikan telapak tangan adalah sikap jujur
dalam praktik pengembangan karakter. Sudahkah kita belajar untuk jujur?
Atau jujur hanya sebatas teori untuk diketahui saja (kognitif) dengan
mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik? Jawabannya tentu ada pada
diri kita masing-masing baik yang berada dalam elemen sekolah, elemen
keluarga, dan elemen masyarakat.
Wajib Sekolah
Wajib belajar 9 tahun dan ke depan 12 tahun yang dimaksud merupakan
wajib belajar dalam elemen sekolah. Pemerintah mewajibkan putra-putri
kita yang memenuhi syarat usia agar belajar di sekolah.
Namun demikian belajar tidak sama dengan sekolah. Orang datang ke
sekolah bisa dengan berbagai tujuan, ada yang untuk belajar, ada juga
yang sekedar lewat, dan berbagai kegiatan lainnya selain belajar.
Jika kita mengikuti berita yang berkembang, tentu kita bisa menjadi
miris. Berbagai kejadian di negeri ini banyak yang menghadirkan carut
marut dalam berbagai segi kehidupan. Kejahatan, kekerasan, kemaksiatan,
dan hal-hal negatif lainnya. Kebohongan dan kejujuran menjadi hal yang
sulit dibedakan. Mana yang jujur dan mana yang bohong menjadi
tersamar.
Berbagai kejadian itu dilakukan mulai dari anak-anak sampai orang
dewasa. Anak-anak berada dalam usia sekolah, sedangkan orang dewasa
merupakan hasil dari pembelajaran (pendidikan) di sekolah.
Dari peristiwa di atas dapat dijadikan renungan dan refleksi kita
bersama, benarkah anak-anak kita telah belajar? Jika telah belajar
tetapi belum optimal, tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama baik
elemen sekolah, elemen keluarga, maupun elemen masyarakat. Bukan
saling menyalahkan diantara kita, namun perlu kolaborasi yang dilakukan
oleh ketiga elemen tersebut.[]
(Diposting di Kompasiana, 24 Februari 2012)
Segelas Kopi Pahit di Pagi Ini
-
Segelas Kopi Pahit di Pagi Ini
Pada segelas kopi pahit
hari ini kularutkan motivasi, keinginan dan harapan
Terteguk
Kok nyangkut di tenggorokan
Keselek
Kopi...
0 komentar:
Posting Komentar