Cerita Mini :
Malam. Hujan. Dingin.
Istriku pulas tertidur
bersama anakku yang juga pulas di pembaringan. Mungkin kecapekan setelah
seharian menemaniku membeli keperluan kantor.
Sambil lembur mengetik tugas
kantor, aku memandangi istri dan anakku yang mungkin sedang terbuai di
alam mimpi. Tak terasa ada linangan airmata di pipiku.
(Gambar. FB Wenda YK)
(Gambar. FB Wenda YK)
Tadi siang, aku membonceng
istri dan anakku. Naik turun lift supermarket. Mencari barang-barang
yang aku cari untuk keperluan kantor.
Dari satu toko ke toko lain,
aku mencari keperluan kantor. Kadang ada barang yang tak kutemukan,
maka harus pindah mencari di toko yang lain. Udara siang itu sangat
panas. Sepeda motor tak melindungi kami dari terik mentari. Keringat pun
melumuri tubuh kami. Namun istriku tak mengeluh sedikitpun.
Aku membelikan istri dan
anakku yang berumur tiga tahun minuman dingin dan makanan kecil. Anakku
tak rewel, malah semangat seperti ibunya.
Setelah beberapa jam membeli
barang-barang, kami pun pulang. Dua kantong plastik barang-barang saya
letakkan di bagian depan sepeda motor, dua kantong plastik lainnya di
tangan kanan dan tangan kiri istriku, menempel di atas paha kanan dan
kirinya. Anakku berada di tengah. Aku membayangkan betapa repotnya
istriku.
“Mau makan di mana? Mau beli
baso?” tanyaku dalam perjalanan pulang.
“Ndak usah mampir ke rumah
makan, Mas. Makan di rumah saja,” jawab istriku.
Sampai di rumah anakku
langsung tertidur, kelelahan.
“Lho kok nangis, Mas?”
istriku membuyarkan lamunanku.
“Eh…ndak kok. Ini aku lagi
membaca cerita di internet, sangat mengharukan,” aku beralasan. Padahal
aku menangis karena kesetiaan istriku menemaniku dalam suka dan duka
selama empat tahun pernikahan kami.
Meski ibu rumah tangga
biasa, aku sangat menyayangi dan mencintai istriku. Aku akan setia
padanya sampai akhir hidupku.
“Lho, kok malah melamun.
Kecapekan ya? sini aku pijat, Mas?”
“Ndak usah, aku ndak begitu
capek kok.”
“Aku buatkan kopi susu ya?”
“Ya boleh.”
Istriku melangkah ke dapur.
Aku menghapus sisa-sisa airmata dengan tanganku.
***
Apapun adanya istri kita.
Dia adalah bidadari terindah yang dihadirkan Tuhan untuk mendampingi
kita di muka bumi.
Banyumas, 29 Desember 2012
(Diposting di Kompasiana, 29 Desember 2012)
0 komentar:
Posting Komentar