BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Jumat, 23 Desember 2016

Membaca Buku Kumcer Tiga Cerpenis UNSA Press


Cukup lama saya membeli tiga buku kumcer dari penulis yang berbeda. Dan ketiganya saya pesan langsung ke penulisnya via facebook. Ada keinginan untuk sedikit mengulasnya secara sederhana, namun ke-sok sibuk-an membuatku tak pernah memiliki waktu untuk sekedar menulis tentang ini. Ditambah daya bacaku yang mungkin masih minimalis untuk buku-buku kumcer dari para penulis yang sangat berbakat ini. Dan kali ini, saya memberanikan diri untuk menuliskannya meski mungkin sangat sederhana.
Buku 1 : Alona Ingin Menjadi Serangga karya Mashdar Zainal
Saya mengenal karya penulis satu ini jauh sebelum saya mencoba ikut-ikutan menulis cerpen. Tulisannya hidup dan lincah. Seakan ada saja yang bisa diceritakannya dari sebuah tema yang bagi sebagian penulis lain mungkin hanya dituliskan dalam selarik kata. Namun bagi Mashdar Zainal bisa dituliskan dalam beberapa paragraf.
Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang bertema utama tentang dunia anak sebagaimana dalam buku ini tertulis :
Dunia pikiran anak-anak adalah daratan penuh kabut yang cukup mengasyikkan untuk ditelusuri ditebak-tebak atau direka-reka. Setidaknya ada 14 cerpen yang ada dalam buku ini mulai dari “Alona Ingin Menjadi Serangga” sampai “Petani Dongeng”. Saya menggunakan cerpen “Alona Ingin Menjadi Serangga” sebagai wakil dari kupasan saya mengenai cerpen-cerpen dalam buku ini. Saya memilih cerpen tersebut karena menjadi judul buku ini dan tentunya menjadi cerpen unggulan dalam buku ini.
Cerpen ini mengisahkan tentang Alona yang dihukum ibunya karena pulang terlambat. Ia dibiarkan berada di teras rumah meski hari sudah larut malam. Ketika ibunya membuka pintu saat dini hari, ternyata Alona sudah pergi entah kemana.
Mashdar Zainal menggunakan simbol atau perumpamaan serangga untuk menggambarkan tentang dunia impian anak-anak yang bermakna kebebasan dan kenyamanan. Meskipun kenyataannya berbeda dengan impian (paradoks atau ironi) hingga sang tokoh pergi entah ke mana. Di sini Mashdar Zainal menggunakan ending menggantung. Pembaca dibiarkannya meneba-nebak sendiri ke mana, bagaimana nasibnya, dan sejumlah pertanyaan lainnya pada tokoh utama cerpen ini.
Gambar 1. Buku Alona Ingin Menjadi Serangga (sumber unsapress.com)

Buku 2 : Laba-laba yang Terus Merajut Sarangnya karya Adi Zam Zam
Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang bertemakan tentang simbolisasi dunia hewan pada dunia manusia. Manusia bisa mengambil pelajaran pada apa saja termasuk pada kehidupan dan perilaku hewan. Setidaknya ada 17 cerpen dalam buku ini, mulai dari “Laba-laba yang Terus Merajut Sarangnya” sampai “Aku”. Saya menggunakan cerpen “Laba-laba yang Terus Merajut Sarangnya” untuk mengulas buku kumcer ini.
Cerpen ini bercerita tentang ketabahan hati seorang ibu pada suka duka yang dihadapi keluarganya. Keadaan sakitnya, tingkah suaminya yang seringkali tak berkenan di hatinya, membuatnya terkadang ingin putus asa. Namun ada laba-laba di kamarnya yang setia menemaninya. Laba-laba yang terus merajut sarangnya, meski kerap kali rusak. Perempuan itu ingin seperti laba-laba itu, selalu memperbaiki keadaan tanpa putus asa. Adi Zam Zam penulis yang peka pada keadaan sekitar. Memang demikian seharusnya seorang cerpenis, mencari makna di setiap keadaan termasuk keadaan para hewan yang ada di sekeliling.
Gambar 2. Buku Laba-laba yang Terus Merajut Sarangnya (Sumber unsapress.com)

Buku 3 : Museum Anomali karya Ken Hanggara
Buku ini merupakan karya penulis muda yang berbakat dan sangat produktif, akhir-akhir ini karya-karyanya sering bertaburan di media massa hampir setiap minggunya tidak hanya satu bahkan dua atau tiga sekaligus. Penulis yang konon setiap hari menulis cerpen ini, dalam buku ini mempersembahkan 17 karyanya yang bertema utama tentang dunia hantu dan dunia misteri, mulai dari “Digoda Setan” sampai “Museum Anomali”. Saya menggunakan cerpen “Museum Anomali” sebagai fokus dalam mengulas buku ini. Barangkali Ken Hanggara memilih judul ini untuk memikat pembaca, karena sesuatu yang anomali dan tidak umum biasanya membuat pembaca penasaran dan terpikat. Sebagaimana buku kumcerku yang saya beri judul “Gadis Berkepala Gundul”, sebuah judul yang menurutku unik dan aneh.
Gambar 3. Buku Museum Anomali (sumber unsapress.com)

Cerpen “Museum Anomali” berkisah tentang Sapono, penunggu museum Anomali yang memang Anomali dan misterius. Para pengunjung yang tampak murung, dan pemilik museum yang tak pernah menunjukkan jati dirinya. Namun Sapono tetap bertahan pada pekerjaannya itu demi menghidupi kedua istri dan anak-anaknya. Di akhir cerita, seperti ada misteri yang ditampilkan oleh Ken Hanggara melalui sebuah kalimat :
Bos selalu berpesan pada saya, “Kadang-kadang kita perlu menghabisi orang sendiri, agar keberlangsungan kita terjaga.” []

Share:

0 komentar:

VIDEO PEMBELAJARAN

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA