Cukup lama saya membeli tiga buku
kumcer dari penulis yang berbeda. Dan ketiganya saya pesan langsung ke
penulisnya via facebook. Ada keinginan untuk sedikit mengulasnya secara
sederhana, namun ke-sok sibuk-an membuatku tak pernah memiliki waktu untuk sekedar
menulis tentang ini. Ditambah daya bacaku yang mungkin masih minimalis untuk
buku-buku kumcer dari para penulis yang sangat berbakat ini. Dan kali ini, saya
memberanikan diri untuk menuliskannya meski mungkin sangat sederhana.
Buku 1 : Alona Ingin Menjadi Serangga karya Mashdar Zainal
Saya mengenal karya penulis satu
ini jauh sebelum saya mencoba ikut-ikutan menulis cerpen. Tulisannya hidup dan
lincah. Seakan ada saja yang bisa diceritakannya dari sebuah tema yang bagi sebagian
penulis lain mungkin hanya dituliskan dalam selarik kata. Namun bagi Mashdar
Zainal bisa dituliskan dalam beberapa paragraf.
Buku ini merupakan kumpulan
cerpen yang bertema utama tentang dunia anak sebagaimana dalam buku ini
tertulis :
Dunia pikiran anak-anak adalah daratan
penuh kabut yang cukup mengasyikkan untuk ditelusuri ditebak-tebak atau
direka-reka. Setidaknya ada 14 cerpen yang ada dalam buku ini mulai dari “Alona
Ingin Menjadi Serangga” sampai “Petani Dongeng”. Saya menggunakan cerpen “Alona
Ingin Menjadi Serangga” sebagai wakil dari kupasan saya mengenai cerpen-cerpen
dalam buku ini. Saya memilih cerpen tersebut karena menjadi judul buku ini dan
tentunya menjadi cerpen unggulan dalam buku ini.
Cerpen ini mengisahkan tentang
Alona yang dihukum ibunya karena pulang terlambat. Ia dibiarkan berada di teras
rumah meski hari sudah larut malam. Ketika ibunya membuka pintu saat dini hari,
ternyata Alona sudah pergi entah kemana.
Mashdar Zainal menggunakan simbol
atau perumpamaan serangga untuk menggambarkan tentang dunia impian anak-anak
yang bermakna kebebasan dan kenyamanan. Meskipun kenyataannya berbeda dengan
impian (paradoks atau ironi) hingga sang tokoh pergi entah ke mana. Di sini
Mashdar Zainal menggunakan ending menggantung. Pembaca dibiarkannya
meneba-nebak sendiri ke mana, bagaimana nasibnya, dan sejumlah pertanyaan
lainnya pada tokoh utama cerpen ini.
Gambar 1. Buku Alona Ingin Menjadi Serangga (sumber unsapress.com)
Buku 2 : Laba-laba yang Terus Merajut Sarangnya karya Adi Zam Zam
Buku ini merupakan kumpulan
cerpen yang bertemakan tentang simbolisasi dunia hewan pada dunia manusia. Manusia
bisa mengambil pelajaran pada apa saja termasuk pada kehidupan dan perilaku
hewan. Setidaknya ada 17 cerpen dalam buku ini, mulai dari “Laba-laba yang
Terus Merajut Sarangnya” sampai “Aku”. Saya menggunakan cerpen “Laba-laba yang
Terus Merajut Sarangnya” untuk mengulas buku kumcer ini.
Cerpen ini bercerita tentang
ketabahan hati seorang ibu pada suka duka yang dihadapi keluarganya. Keadaan sakitnya,
tingkah suaminya yang seringkali tak berkenan di hatinya, membuatnya terkadang
ingin putus asa. Namun ada laba-laba di kamarnya yang setia menemaninya. Laba-laba
yang terus merajut sarangnya, meski kerap kali rusak. Perempuan itu ingin
seperti laba-laba itu, selalu memperbaiki keadaan tanpa putus asa. Adi Zam Zam
penulis yang peka pada keadaan sekitar. Memang demikian seharusnya seorang
cerpenis, mencari makna di setiap keadaan termasuk keadaan para hewan yang ada
di sekeliling.
Gambar 2. Buku Laba-laba yang Terus Merajut Sarangnya (Sumber unsapress.com)
Buku 3 : Museum Anomali karya Ken Hanggara
Buku ini merupakan karya penulis
muda yang berbakat dan sangat produktif, akhir-akhir ini karya-karyanya sering
bertaburan di media massa hampir setiap minggunya tidak hanya satu bahkan dua
atau tiga sekaligus. Penulis yang konon setiap hari menulis cerpen ini, dalam
buku ini mempersembahkan 17 karyanya yang bertema utama tentang dunia hantu dan
dunia misteri, mulai dari “Digoda Setan” sampai “Museum Anomali”. Saya menggunakan
cerpen “Museum Anomali” sebagai fokus dalam mengulas buku ini. Barangkali Ken
Hanggara memilih judul ini untuk memikat pembaca, karena sesuatu yang anomali
dan tidak umum biasanya membuat pembaca penasaran dan terpikat. Sebagaimana buku
kumcerku yang saya beri judul “Gadis Berkepala Gundul”, sebuah judul yang
menurutku unik dan aneh.
Gambar 3. Buku Museum Anomali (sumber unsapress.com)
Cerpen “Museum Anomali” berkisah
tentang Sapono, penunggu museum Anomali yang memang Anomali dan misterius. Para
pengunjung yang tampak murung, dan pemilik museum yang tak pernah menunjukkan
jati dirinya. Namun Sapono tetap bertahan pada pekerjaannya itu demi menghidupi
kedua istri dan anak-anaknya. Di akhir cerita, seperti ada misteri yang
ditampilkan oleh Ken Hanggara melalui sebuah kalimat :
Bos selalu berpesan pada saya, “Kadang-kadang
kita perlu menghabisi orang sendiri, agar keberlangsungan kita terjaga.” []
0 komentar:
Posting Komentar