BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat

Rabu, 07 November 2018

Resensi Buku Unggas-Unggas Bersayap Putih


Merenungi Makna Kehidupan dalam Sebuah Cerita
Oleh Sam Edy Yuswanto*
 
Judul Buku      : Unggas-Unggas Bersayap Putih
Penulis             : Agus Pribadi
Penerbit           : Cipta Media Edukasi
Cetakan           : I, April 2018
Tebal               : vi + 98 halaman
ISBN               : 978-602-5812-12-5

            Banyak cara yang bisa digunakan untuk merenungi makna kehidupan ini. Salah satunya melalui sebuah cerita pendek atau cerpen. Meskipun cerita pendek merupakan karya fiksi, akan tetapi kisah dan tokoh-tokoh di dalamnya kerap terinspirasi oleh kejadian sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar kita.
            Agus Pribadi, penulis buku ini misalnya. Biasanya cerpen-cerpen yang ia tulis berdasarkan kejadian sehari-hari yang ia saksikan secara tak sengaja. Misalnya cerpen berjudul “Kendaraan Terbaik”, ia mengaku terinspirasi saat sedang mengendarai sepeda motor menuju tempat kerjanya. “Di atas kendaraan itu, saya menangkap ide cerpen dengan tema kendaraan terbaik yang bagi saya adalah keranda jenazah” papar Agus dalam kata pengantarnya.
            Dalam cerpen tersebut, dikisahkan seorang lelaki yang memiliki cita-cita selalu berubah-ubah seiring bertambahnya usia. Sewaktu kecil, si lelaki ingin menjadi seorang masinis. Alasannya, naik kendaraan panjang dengan banyak penumpang itu menyenangkan. Lalu, saat mulai masuk sekolah, ia bercita-cita ingin memiliki sepeda ontel. Sayangnya, ayah tak memiliki uang cukup untuk membelikannya sepeda ontel.
            Singkat cerita, ketika usianya beranjak dewasa, si lelaki memiliki cita-cita ingin memiliki sepeda motor. Lantas, ketika sudah bisa membeli sepeda motor, ia ingin memiliki mobil. Dan ketika sudah memiliki mobil, ia ingin naik pesawat terbang dalam setiap perjalanannya. Ya, cita-cita si lelaki selalu berubah seiring usia bertambah dan kekayaan yang melingkupi kehidupannya. Sayangnya, ia belum sempat kesampaian naik pesawat terbang karena ajal keburu datang menjemput. Ia baru menyadari semuanya ketika sedang berada di atas keranda jenazah yang tengah ditandu oleh anak cucunya (hal 9-12).
            Cerpen selanjutnya yang terinsiprasi dari kejadian di sekitar penulis berjudul “Sihir Bisa Ular”. Cerpen tersebut terinspirasi dari tetangga penulis yang meninggal dunia karena digigit ular kobra. “Dari kejadian itu, saya imajinasikan dengan hadirnya sosok bidadari pada mimpi-mimpi tokoh yang digigit ular” ungkap Agus Pribadi dalam kata pengantar buku ini.
            Cerpen “Sihir Bisa Ular” bercerita tentang seorang lelaki bernama Sona, seorang pengamen jalanan dan juga berprofesi sebagai penangkap ular untuk dijual. Setiap sore, ia menuju ke area persawahan, lantas memeriksa lubang-lubang yang berada di tepi tegalan atau di pinggir sungai dekat sawah. Saat ia melihat ular menyembul dari lubang tersebut, ia akan berusaha menangkap dengan tangannya, tanpa menggunakan pelindung apa pun (hal 13).
            Karena tanpa pelindung, Sona sering digigit oleh ular-ular hasil tangkapannya. Bahkan, ia secara sengaja membiarkan tangannya digigit ular-ular tersebut. Ia memang mengaku sakit, tapi berusaha tak dirasakannya. Karena rasa sakit itu hanya sebentar dan akan sembuh dengan sendirinya. Biasanya, usai digigit, saat malam hari ia akan bermimpi didatangi bidadari berwajah cantik yang ingin berteman dengannya.
Singkat cerita, suatu ketika Sona mengaduh kesakitan saat digigit seekor ular berkepala gepeng. Tak seperti biasanya, rasa sakit itu tak kunjung sembuh, bahkan semakin hari kondisi tubuh Sona semakin melemah. Anehnya, setiap malam saat tidur, wajah Sona justru terlihat berseri-seri. Ternyata ia tengah bermimpi bertemu bidadari yang ingin dinikahinya (hal 17).
            Masih banyak cerpen-cerpen menarik lainnya dalam buku ini yang selain menghibur juga sarat akan makna kehidupan. Misalnya, cerpen berjudul “Suami Setia” mengisahkan kesetiaan seorang lelaki terhadap istri yang dicintainya, cerpen berjudul “Unggas-Unggas Bersayap Putih” bercerita tentang seorang perempuan yang lalai menjaga anak yang tengah bermain sendirian hingga akhirnya tenggelam di dalam kolam, dan lain sebagainya.
Meskipun di dalam buku ini masih dijumpai beberapa kesalahan penulisan, tapi tak sampai mempengaruhi kisah-kisah menarik yang ditulis oleh pria kelahiran Purbalingga Jawa Tengah, yang saat ini selain berprofesi sebagai penulis, juga sebagai guru SMPN 5 Mrebet Purbalingga.
***
             *Peresensi: Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.

( Dimuat di Radar Sampit, 4 November 2018 )


Share:

0 komentar:

VIDEO PEMBELAJARAN

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA