BELAJAR SEPANJANG HAYAT


Catatan Harian Seorang Guru IPA







Selamat berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat
Tampilkan postingan dengan label tips menulis cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tips menulis cerpen. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 November 2016

Inspirasi dan Motivasi Menulis Cerpen


Oleh Agus Pribadi
Inspirasi berarti ilham. Motivasi berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. (KBBI).


Jadi dapat disimpulkan, inspirasi dan motivasi menulis berarti ilham dan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak untuk melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Pengertian di atas tentang menulis telah jelas, yaitu melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Mengarang dan membuat surat hanyalah beberapa contoh kegiatan yang disebut menulis. Masih banyak lagi contoh lainnya. Misalnya : menulis di blog, menulis karya ilmiah, menulis artikel di koran, menulis cerpen dan sebagainya.
Dalam arti bebas, inspirasi menulis adalah sesuatu yang digunakan seseorang untuk menghasilkan ide menulis. Sesuatu itu dapat berasal dari dalam dirinya, dapat juga dari luar dirinya. Sesuatu dari dalam dirinya, misalnya setelah mengalami sebuah kejadian yang sangat mengesankannya, maka sesorang tergerak untuk menuliskannya menjadi sebuah cerita pendek. Sedangkan sesuatu dari luar dirinya, misalnya setelah melihat sebuah kejadian yang sangat menarik, maka seseorang tergerak untuk menuliskannya menjadi sebuah cerita pendek.
Sementara motivasi menulis adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang tergerak untuk menulis. Motivasi itu dapat apa saja. Namun motivasi yang positif akan lebih baik daripada motivasi yang negatif. Motivasi positif misalnya sarana dakwah, berbagi ilmu dan pengalaman, mengembangkan bakat menulis, dan sebagainya. Motivasi menulis juga bisa datang dari dalam dirinya atau dari luar dirinya.
Inspirasi menulis dapat digunakan untuk membuat tulisan yang bagus (berkualitas, dan banyak yang membaca). Setelah membaca tulisan seperti itu, pembaca dalah hatinya mengatakan,”Wah bagus juga tulisannya ya, senang membaca tulisan ini.” Inspirasi menulis bisa cepat datangnya, bisa juga lambat datangnya. Hal itu yang menyebabkan orang bisa saja menulis setiap hari, sebaliknya orang bisa saja membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan sebuah tulisan meski hanya beberapa lembar. Tulisan yang cepat dihasilkan dan lambat dihasilkan itu sama-sama merupakan tulisan yang bagus.
Namun demikian, hanya mengandalkan inspirasi menulis, seseorang dapat berhenti menulis. Kehilangan semangat, seperti lilin yang telah habis dimakan nyala apinya. Dibutuhkan motivasi menulis agar bisa terus menulis. Orang yang mempunyai motivasi menulis akan tergerak untuk terus menulis. Motivasi menulis yang baik adalah yang datang dari dalam diri sendiri. Dengannya, penulis tidak akan tergantung pada motivasi dari luar. Motivasi dari luar dapat digunakan hanya sebagai penambah dahsyatnya motivasi menulis.
Namun ia bisa saja menghentikan menulis ketika dirasa tulisannya bukan dari inspirasi menulis. Tulisannya terasa hambar. Ia akan membaca, ia juga akan mencari pengalaman (sebagai inspirasi) dalam menulis. Jadi, bukan hanya menulis setiap hari yang diperlukan, namun juga mendapatkan inspirasi menulis agar tulisannya bagus.
Inspirasi menulis menghasilkan tulisan yang bagus (kualitas). Sedangkan motivasi menulis menghasilkan keinginan untuk terus menulis (kuantitas).
Jika saya ibaratkan, inspirasi menulis adalah bahan masakan lezat bergizi  yang ada di dalam wadah memasak. Sedangkan motivasi menulis adalah api yang berasal dari kayu bakar yang menyala-nyala dan tak pernah padam, untuk memasak masakan tersebut. Masakan lezat dan bergizi pun selalu siap terhidang.[]

Share:

Variasi Sudut Pandang Penceritaan


Oleh Agus Pribadi
Point of View atau sudut pandang penceritaan memegang peranan penting dalam menulis cerpen. Sebenarnya pusatnya ada pada pencerita atau penulis cerpen atau cerpenis itu sendiri. Kecenderungan yang barangkali saat ini dilakukan oleh cerpenis yang sudah terampil barangkali menggunakan sudut pandang serba tahu, ia (cerpenis) bebas untuk berbicara pada pembaca.

Variasi sudut pandang diantaranya adalah :
1)      Penulis sebagai tokoh cerita bercerita pada pembaca
2)      Penulis sebagai penulis berbicara pada tokoh utama
3)      Penulis sebagai penulis berbicara pada pembaca
4)      Penulis seperti sedang memutar sebuah film
5)      Penulis menjadi orang yang serba tahu
6)      Penulis menjadi beberapa tokoh cerita secara bergantian dan bercerita pada pembaca
7)      Dan lain-lain

Share:

Sabtu, 05 November 2016

Bersastra Melalui Facebook


Oleh Agus Pribadi

(Wacana Lokal Suara Merdeka
21 Januari 2012)



FACEBOOK merupakan salah satu jejaring sosial yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Selain menjalin pertemanan, media itu dapat digunakan mempromosikan suatu produk, transaksi barang dan jasa, dan sebagainya. Salah satu manfaat yang sebenarnya juga bisa dipetik adalah melatih kemampuan menulis.
Seseorang dapat menulis cerpen, puisi, atau berita pada menu status atau note. Jika ingin lebih serius latihan menulis bersama, seseorang dapat bergabung pada menu grup di jejaring sosial itu, yang khusus membicarakan dunia tulis-menulis.
Salah satu grup facebook yang ada di Banyumas adalah Penamas, akronim dari Para Penulis Muda Banyumas. Awalnya grup menulis itu membahas mengenai dunia tulis-menulis secara sederhana dan santai. Puisi, cerpen, dan tips menulis kerap di-posting lewat menut grup.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan komunitas itu makin serius. Proyek pertama adalah membuat antologi cerpen Banyumasan. Dalam waktu empat bulan, dari awal Agustus hingga November 2011, terbitlah buku Balada Seorang Lengger. Meskipun terbit secara indie, pengantarnya ditulis oleh sastrawan kondang asal Banyumas yang juga diakui secara internasional, yaitu Ahmad Tohari.
Dia penulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang menjadi inspirasi film ’’Sang Penari’’. Dalam kata pengantarnya, Ahmad Tohari berpesan bahwa kepengarangan adalah proses yang tidak boleh berhenti. Dia menyemangati ke-19 penulis dalam buku tersebut agar kelak menjadi penulis yang dapat dibanggakan bagi bangsanya.
Terbitnya buku Balada Seorang Lengger merupakan salah satu bukti, bahwa facebook dapat digunakan sebagai media bersastra. Diskusi dan proses kreatif bersastra dilakukan melalui dunia maya, dan hasilnya menjadi nyata, yaitu sebuah antologi cerpen.
Tentunya hal itu patut untuk dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat kita pada umumnya dan generasi muda pada khususnya. Dengan menulis melalui media jejaring sosial akan tumbuh budaya masyarakat yang gemar menulis. Dari gemar menulis mengarah pada gemar menerbitkan buku. Jika banyak buku terbit yang ditulis oleh generasi muda , tentu merupakan suatu kebanggaan bagi kita semua. Khasanah literasi akan semakin kaya dan beragam.
Teknologi Informasi
Penamas merupakan salah satu wadah, yang diniatkan melanjutkan jejak kepengarangan Ahmad Tohari. Jejak sastrawan asal Desa Tinggar Jaya Kecamatan Jatilawang Banyumas ini patut diikuti oleh generasi muda Indonesia, terutama anak muda Banyumas. Dia dikenal sebagai penulis yang berciri khas menampilkan lokalitas budaya.
Masyarakat pedesaan dengan tokoh-tokohnya, merupakan salah satu ciri khas karya-karyanya baik cerpen maupun novel. Hal ini juga menjadi kekuatan karya sastra yang ditulis oleh penulis cerpen ’’Senyum Karyamin’’ ini. Semangat melestarikan dan mengembangkan lokalitas budaya melalui karya sastra patut menjadi pegangan generasi muda. Era globalisasi yang banyak menawarkan budaya asing ini seakan mendapatkan filternya melalui kegiatan bersastra ini.
Kegiatan bersastra melalui facebook  dapat mengikis kesan negatif bahwa jejaring sosial itu hanya media buang waktu sia-sia, dan stigma negatif lainnya yang disematkan pada penggunanya. Jejaring sosial itu hanyalah media. Pemanfaatannya untuk tujuan positif atau negatif bergantung penggunanya.
Selain media itu, ada blog keroyokan yang juga merupakan media sosial. Anggota di dalamnya dapat berinteraksi melalui tulisan atau komentarnya. Hal ini membuktikan teknologi informasi menjadi salah satu pendukung bagi masyarakat untuk memulai menulis. Jurnalisme warga atau pewarta warga bisa muncul dari blog keroyokan.
Masyarakat dari beragam latar belakang dapat membuat tulisan jenis apa pun: cerpen, puisi, artikel, atau berita. Jika kita telah mempunyai akun dan mempunyai hobi menulis fiksi, jangan ragu mari bersastra melalui facebook. (10)

— Agus Pribadi SSi, Koordinator Para Penulis Muda Banyumas (Penamas), guru Biologi SMP Negeri 5 Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga

Share:

Selasa, 25 Desember 2012

Menggali Lokalitas untuk Tema Cerpen

Lokalitas menjadi salah satu tema yang dapat diusung seorang cerpenis. Lokalitas yang dimaksud tidak hanya merujuk pada daerah dan budaya, tapi bisa hal lainnya. Secara bebas saya mengartikan lokalitas berkaitan dengan kemampuan cerpenis untuk menyuguhkan suatu hal dalam cerpennya, dan hal itu akrab dengan pembacanya. Keakraban pembaca dengan suatu hal yang disuguhkan seorang cerpenis, tidak lepas dari kemampuan sang cerpenis untuk mengolah ceritanya secara mendetail.
Share:

Menangkap Ide Menulis Cerpen

Salah satu syarat menulis cerpen adalah ditemukannya ide. Dengan ide maka penulis akan memulai menulis cerpen. Misalnya idenya tentang seorang nenek yang kehilangan cucunya karena sakit yang tak terobati. Maka dari sini penulis bisa melanjutkan menemukan tema dan menuliskannya. Misalnya dari ide tersebut temanya menjadi perasaan hati seorang nenek saat ditinggal mati cucunya.
Share:

Menulis Cerpen Tiga Dimensi

Tips menulis cerpen yang baik terdiri dari : pembuka yang menarik sehingga memancing pembaca untuk melanjutkannya, alur cerita yang enak diikuti dengan bahasa yang bukan kosa kata rutinitas, ending yang tak terduga, pesan yang mengena, judul yang unik dan menarik, dan sebagainya.
Menurut hemat saya, sebenarnya ada salah satu hal lagi yang juga akan menambah daya tarik sebuah cerpen, yaitu cerpen tiga dimensi.

Cerpen tiga dimensi yang saya maksud adalah sebuah cerpen yang jika dibaca bisa memiliki lebih dari satu : alur cerita, pesan, tokoh utama, dan mungkin hal lainnya. Pembaca akan menangkap hal-hal di atas sesuai dengan persepsinya masing-masing. Namun demikian, cerpen tersebut sebenarnya hanya mempunyai satu alur utama sehingga tetap padu dan menyatu. Sentuhan kreatifitas penulisnya baik dalam tata bahasa, sudut pandang penceritaan, tokoh-tokoh yang digunakan, dan sebagainya yang membuat cerpen tersebut menjadi seperti bisa dilihat dari berbagai sisi. Seperti gambar tiga dimensi.

Sebagai salah satu contoh cerpen 3 dimensi, yaitu Cerpen Lelaki Kucing Pasar karya Adi Zamzam yang dimuat Koran Tempo 25 Maret 2012. Saya menangkap cerita ini memiliki setidaknya 2 alur yang berbeda yang dilakoni tokoh pencuri dan juga yang dilakoni tokoh kucing pasar. Sudut pandang orang pertama ditampilkan secara bergantian, antara pencuri dan si kucing pasar. Sekali membaca, tetapi seperti ada 2 kisah yang dibaca, yaitu nasib seorang pencuri dan nasib seekor kucing pasar.

Cerpen-cerpen 3 dimensi biasanya menampilkan tokoh manusia dan juga tokoh binatang sekaligus. Misalnya kucing, anjing, tikus, cicak, ular, burung, kunang-kunang dan sebagainya. Bisa juga antara tokoh manusia dengan pohon, atau benda mati, dan sebagainya.

Cerpen 3 dimensi mempunyai kelebihan dalam hal kemeriahan cerita, karena pembaca seperti disuguhi beberapa jalan cerita sekaligus.

Menulis cerpen 3 dimensi dapat dilakukan dengan tips menulis yang telah ada, yakni : menulis, menulis, dan menulis.
Salam Kompasiana!

(Diposting di Kompasiana, 5 September 2012)
Share:

Menulis Fiksi Sebaiknya Melanggar Aturan

Judul di atas bukan mencari sensasi atau asal beda. Namun ada hal yang mungkin perlu diungkapkan dalam menulis fiksi (khususnya cerpen) yang akan semakin membuka wawasan dalam fiksi. Karya fiksi (cerpen) merupakan cerita rekaan. Karena rekaan, maka berbeda dengan cerita nyata. Jika fiksi menceritakan cerita nyata yang sama persis dengan kejadian sehari-hari, maka dimana daya tariknya? Apa bedanya fiksi dan nonfiksi? Nah dari sinilah tulisan ini saya tulis. Karena fiksi itu, maka ceritanya harus nyeleneh, beda, kebalikan, kontroversi, tragis, dan sebagainya dan sebagainya. Hal-hal itu harus berbeda dengan kejadian nyata. Sebagai ilustrasi misalnya ada kejadian kapal tenggelam dimana penumpangnya berebut menyelamatkan diri. Jika itu dibuat cerpen apa adanya, maka tak akan ada daya tariknya, malah bisa disangka hanya sebuah berita. Makanya perlu diberi bumbu-bumbu, misalnya percintaan, kesetiaan, pengkhianatan dan sebagainya. Penulis fiksi (pengarang) membutuhkan ide-ide segar yang berbeda dari karya-karya sebelumnya. Coba bayangkan jika pengarang menulis dengan cara yang sama, tema yang sama, dari itu ke itu. Wah pembaca bisa jadi akan bosan dan emoh membaca lagi karya fiksi yang dibuatnya. Jadi kuncinya, dalam fiksi perlu selalu ada perubahan (pembaruan). Seperti sebuah pernyataan yang sudah sangat terkenal : tak ada yang abadi, selain perubahan itu sendiri.


Ada banyak aturan menulis fiksi, yang sebaiknya dilangar, diantaranya :
1. Show don’t tell
Aturan ini memang tidak salah. Saya juga sangat setuju. Namun sesekali boleh saja dilanggar dengan melakukan tell don’t show. Tak dapat dibayangkan jika segala sesuatu harus dilukiskan sedetail-detailnya. Sebuah cerpen akan menjadi seperti sebuah novel karena saking mendetailnya dalam menguraikan sebuah kata sifat. Misalnya : gadis itu cantik. Nah jika menaati aturan di atas, maka kata cantik itu harus dilukiskan dengan kata-kata, misalnya : gadis itu matanya besar seperti mata Elang, bibirnya merah alami, ada lesung pipit di pipinya. Rambutnya panjang terurai. Orang yang bertemu muka dengannya akan menjadi seperti terpanah hatinya, dan seterusnya. Nah, tidak semua kata sifat itu perlu dijelaskan. Namun, disesuaikan dengan kebutuhan, adakalanya cukup menuliskan kalimat yang singkat dan lugas untuk maksud tertentu. Hal ini seperti yang juga disampaikan oleh A.S. Laksana.

2. Menulislah yang baik
Nah, aturan ini yang boleh jadi membuat orang awam yang akan menulis fiksi mengurungkan niatnya karena takut tulisannya buruk. Padahal A.S. laksana menyarankan menulislah yang buruk. Setelah jadi sebuah tulisan fiksi, barulah diedit agar menjadi baik. Menulis dan mengedit merupakan dua pekerjaan yang sebaiknya ditulis terpisah. Jika dilakukan bergantian dalam satu waktu, boleh jadi tulisannya tidak pernah akan selesai kecuali bagi mereka yang sudah mahir. Maka mulailah menulis yang buruk, teruslah menulis tak perlu memikirkan hasilnya, jika telah selesai maka itu sebuah karya yang telah tercipta. Lebih baik sudah berkarya tapi buruk, daripada berangan-angan berkarya yang baik. setelah tulisan yang buruk dibaca kembali, baru kemudian diedit agar menjadi bagus.

3. Menulislah yang logis dan dapat dipercaya
Coba bayangkan jika setiap pengarang mematuhi aturan ini. Maka akan tercipta karya fiksi yang boleh jadi sejenis atau serupa. Dan karya fiksi yang dihasilkan pun boleh jadi akan mirip dengan kejadian sehari-hari yang sering dilihat, didengar, dan dirasa. Nyaris tak ada yang istimewa. Membaca fiksi boleh jadi menjadi sebuah kegiatan yang menjemukan karena hanya itu-itu saja karya yang dihasilkan. Cerita yang logis, cerita yang bisa dipercaya, cerita yang bisa diterima pembaca. Karena itu menulislah yang tidak logis sekalipun. Menulislah yang belum pernah ditulis oleh penulis lain, maka ini juga sesuai dengan hukum kreativitas dan kebaruan. Dan jika membaca cerpen-cerpen yang ada di koran, ada kalanya saya menemukan sebuah cerpen yang kurang logis, tapi nyatanya dimuat. Misalnya tentang sarjana yang pinter tapi tak mampu mendapat pekerjaan yang layak, ia hanya menjadi tukang parkir yang kesulitan mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Nah bukankah sang sarjana bisa menjadi pembimbing skripsi yang komersil? Kurang logis bukan? Tapi nyatanya redaksi media menyukainya karena itu dimuat.

4. Menulislah yang panjang
Saya sering mendengar bahwa menulis cerpen terkesan harus panjang. Seakan kalau tidak panjang tidak bagus. Nyatanya tak sedikit cerpen di koran yang hanya terdiri dari lima ribu sampai tujuh ribu karakter, dari umumnya sekitar sepuluh ribu karakter. Asalkan ceritanya bagus, unik, baru, walaupun pendek, cerpen itu bisa dilirik redaksi koran dan dimuat.

5. Patuhilah tips saya ini
Nah, jika memang aturan kelima dari saya ini tidak harus dipatuhi, ya memang itu yang sebaiknya dilakukan juga. Menulis fiksi tidak harus sama, berbeda pendapat pun sah-sah saja, asalkan dalam koridor saling belajar, bukan mencari benarnya sendiri dan antipati dengan pendapat orang lain. Jika menurut kita sesuai, silahkan ambil. Jika menurut kita kurang sesuai, tidak harus dilakukan.

Jika tips di atas dituliskan berkebalikan, maka akan menjadi tips menulis yang mungkin jarang dihadirkan, sebagai berikut :
1. Tell don’t show
2. Menulislah yang buruk
3. Menulislah yang tidak logis dan tak bisa dipercaya
4. Menulislah (cerpen) yang pendek
5. Langgarlah tips saya ini
Salam kreatif dan salam Kompasiana!
Banyumas, 28 Oktober 2012

(Diposting di Kompasiana, 28 Oktober 2012)
Share:

Melakukan Riset untuk Cerpen

 
Dalam bahasa sederhana, riset berarti pengamatan pada suatu hal agar diketahui fakta mengenai hal itu. Riset dapat dilakukan untuk menulis cerpen. Baik riset yang cukup besar maupun riset kecil-kecilan.

Jika akan membuat cerpen dengan tema tertentu, maka penulis sebaiknya mengadakan riset mengenai tema itu. Khususnya tema yang berkaitan mengenai hal yang nyata, misalnya tempat tertentu, benda atau binatang tertentu. 
Share:

VIDEO PEMBELAJARAN

Frequency Counter Pengunjung

Artikel Terbaru

LINK SAYA

Komentar Terbaru

Konsultasi IPA